Scroll untuk baca artikel
BeritaHEADLINEJAWAJawa Barat

Alik Warga Kota Banjar yang Berjuang Selamatkan Bumi dengan Pertanian Organik

×

Alik Warga Kota Banjar yang Berjuang Selamatkan Bumi dengan Pertanian Organik

Sebarkan artikel ini

Views: 107

BANJAR, JAPOS.CO – Seorang pria di Kota Banjar, hampir separuh hidupnya fokus wujudkan gagasan selamatkan bumi dengan pertanian organik. Dalam perjalanan hidupnya, ia mengembangkan System Of Rice Intensification atau SRI di bidang pertanian.

Advertisement
scroll kebawah untuk lihat konten

Berdasarkan informasi, SRI tersebut merupakan upaya di bidang pertanian, terutama padi yang mampu menghemat penggunaan air, benih, pupuk kimia hingga pestisida. Hal itu dengan memaksimalkan pemberdayaan petani serta kearifan lokal.

Alik Sutaryat, warga Lingkungan Sukarame Kelurahan Mekarsari Kecamatan Banjar yang kini berusia 63 tahun itu sejak tahun 1991 berjuang menyelamatkan bumi dan masa depan. Melalui Aliksa Organik SRI Consultant yang ia dirikan, hingga saat ini sudah sekitar 47000 orang yang belajar langsung melalui berbagai pelatihan. Bukan hanya dari wilayah Kecamatan Lakbok, Kabupaten Ciamis yang menjadi awal mula ia berjuang, namun di berbagai daerah di Jawa Barat.

Bahkan, Alik menyebut yang belajar sistem pertanian organik tersebut dari berbagai provinsi yang ada di Indonesia, seperti Aceh, Sulawesi, Kalimantan dan provinsi lainnya. Dari puluhan ribu petani yang belajar itu, ia pun mengklaim lahan yang dikelola secara organik seluas 10.320 hektar.

Gagasan Selamatkan Bumi dari Kerapuhan Pertanian

Alik menilai, saat ini di Indonesia terjadi kerapuhan alam pertanian dan kerapuhan pangan. Hal itu sangat berdampak sekali terhadap kehidupan masyarakat maupun ekosistem di alam. “Kita bertaninya seperti yang terjajah. Bagaimana tidak, hampir 74 tahun di Indonesia penggunaan pupuk kimia dan pestisida tidak pernah berhenti sampai saat ini. Mana mungkin kita menyebut hal itu bisa menyehatkan jika semua yang kita konsumsi seperti itu,” tegasnya, Selasa (25/10).

Karena itu, Alik membuat konsep pertanian rahmatan lil alamin. Ia yakin Allah SWT menciptakan dunia ini sudah sempurna, seperti adanya serangga, tanaman, mikro organisme dan lainnya. Dengan konsep mengembalikan lagi semua pada asal mulanya, manusia yang menjadi khalifah di bumi sudah sepatutnya menjadi penjaga kelestarian dan keseimbangan ekosistem alam. “Pemberian Allah sudah sempurna. Manusia sebagai penjaga dan pengelola alam ini mendapatkan akal yang lebih sempurna daripada hewan dan tumbuhan. Karena itu sudah semestinya kita bertani juga harus sesuai dan selaras dengan alam,” imbuhnya.

Untuk mengimplementasikan gagasan itu, Alik melalui organisasinya mempelajari ekosistem dan ekologi alam. Harapannya, petani yang mendapatkan edukasi akan tercerahkan dan merasa sudah selaras dengan kondisi alam sebenarnya. Meskipun dalam proses edukasi tersebut tidak mudah, kata Alik, namun pihaknya terus mendampingi dengan intensif terhadap para petani, mulai dari proses pembelajaran hingga teknisnya. “Nah, tahapan-tahapan yang benar dan sesuai ini butuh proses panjang. Kami juga membangun proses itu untuk membongkar kebekuan pikiran para petani selama ini. Caranya dengan memberikan logika-logika yang mudah dipahami,” terangnya.

Sebagai contoh, kata Alik, tanaman padi organik yang ia kembangkan untuk satu tanaman beranak pinak menjadi 70. Bahkan, akarnya terlihat lebih banyak dan bagus dibanding padi pada umumnya.

Tak hanya itu, tanaman singkong yang biasanya hanya bisa panen untuk satu pohon sekitar 2-3 kilogram, namun dari tanaman yang ia kembangkan bisa panen sekitar 30 kilogram untuk satu pohon yang ditanam selama 4 bulan. “Kita tahu sendiri kan, hutan kan tidak pernah disemprot tapi subur, bahkan tidak pernah kekurangan pupuk. Nah di situlah keagungan Tuhan dan kita mencoba mengembalikan kondisi alam ini ke asalnya,” imbuhnya.

Dalam proses pengembalian tersebut, mengungkapkan kunci utama agar tanaman bisa subur, yakni dengan mengelola akar tanaman dengan baik. Menurutnya, dengan memuliakan akar melalui penggunaan media tanam dari kompos, maka ekosistem akan berjalan dengan baik.

Ia pun berharap dengan masyarakat harus bersama-sama menyelamatkan bumi dengan menjaga alam dan mengembalikan alam ke kondisi asalnya. “Saya juga mengharapkan agar makanan anak-anak kita di masa depan tidak menjadi pemicu penyakit stroke di akhir usianya. Makanya, mari kita pahami bahan organik serta peran dan fungsinya di alam Indonesia ini,” pungkasnya. (Mamay)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *