Scroll untuk baca artikel
BeritaHEADLINEJAWAJawa Barat

Stunting Akibat Kurangnya Perhatian Orang Tua dan Kesalahan Pola Asuh

×

Stunting Akibat Kurangnya Perhatian Orang Tua dan Kesalahan Pola Asuh

Sebarkan artikel ini

Views: 75

BEKASI, JAPOS.CO – Stunting terjadi bukan hanya karena kemiskinan atau  masalah ekonomi keluarga saja, tetapi juga bisa disebabkan kurangnya perhatian orang tua dan kesalahan pola asuh.

Advertisement
scroll kebawah untuk lihat konten

Hal itu disampaikan Anggota DPR-RI Komisi IX, drg. Putih Sari saat melakukan Program KIE percepatan penurunan stunting bersama  BKKBN Provinsi Jawa Barat di Desa Mekarjaya, Kecamatan Kedungwaringin, Kabupaten Bekasi, Selasa, (10/10). “Ini harus dipahami agar orang tua lebih waspada terhadap penyebab terjadinya stunting,” ujar Putih dihadapan hadirin.

Menurutnya, selain kekurangan gizi dan kesalahan pola asuh, salah satu penyebab stunting adalah tidak menerapkan program KB di keluarga. Sebab, dengan tidak ber-KB maka angka kelahiran anak di keluarga tidak  bisa direncanakan. “Kehamilan yang terlalu dekat dan tidak terencana juga bisa jadi penyebab stunting. Apa lagi jika kesehatan ibu terganggu karena terlalu sering melahirkan, sudah pasti pola asuhnya tidak maksimal dan bisa jadi anaknya nanti jadi stunting, “ ungkap Putih.

Putih Sari mengakui, kasus stunting di Indonesia menjadi salah satu yang terbanyak, begitu pun dengan wilayah Kabupaten Bekasi. Oleh sebab itu, pihaknya mengingatkan kepada seluruh peserta yang hadir agar memahami penyebab terjadinya stunting. “Di samping itu, melakukan upaya pencegahan agar program percepatan penurunan stunting di Kabupaten Bekasi lebih maksimal,” tuturnya.

Sekretaris BKKBN Jawa Barat, Irfan Indriastono menambahkan, ciri-ciri anak stunting bisa di lihat sejak kelahirannya. Setidaknya, ada dua ciri-ciri kondisi stunting yang harus diwaspadai orang tua. Yaitu ketika dilahirkan berat badannya kurang dari 2,5 kilogram dan tinggi badannya dibawah 48 centimeter. “Ketika dilingkungan kita ada yang melahirkan dengan dua ciri tersebut, lebih baik diinformasikan kepada petugas KB di wilayahnya atau kepada pemerintah Desa untuk segera ditindaklanjuti,” pesan Irfan.

Menurutnya, stunting ini bisa dicegah, jika anak masih berusia di bawah dua tahun maka masih bisa disembuhkan. Lebih  cepat ditangani akan lebih bagus. (Mamay)

 

 

 

 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *