Scroll untuk baca artikel
BeritaHEADLINEJAWAJawa Barat

Perbaikan Jembatan Baru DPUTR Kota Banjar Nunggu Hasil Kajian Teknis

×

Perbaikan Jembatan Baru DPUTR Kota Banjar Nunggu Hasil Kajian Teknis

Sebarkan artikel ini

Views: 123

BANJAR, JAPOS.CO – Rencana perbaikan Jembatan Baru (Jembar), Dinas Pekerjaan Umum dan Tata Ruang (DPUTR) Kota Banjar, masih menunggu hasil kajian teknis.

Advertisement
scroll kebawah untuk lihat konten

Kepala DPUTR Kota Banjar, Tommy Subagja, melalui Kasi. Perencanaan, Asep Dadi mengatakan, pihaknya telah melakukan pengecekan terhadap kemiringan akibat 3 tiang pancang jembatan patah. “Beberapa hari lalu kita sudah melakukan pengecekan kemiringan jembatan, dan sudah kita kirim ke Balai Geoteknik, Terowongan, dan Struktur. Tapi hasil kajian teknisnya belum ada,” kata Asep Dadi, Selasa (27/9).

Saat ini hanya kendaraan yang memiliki tinggi kurang dari 2,4 meter yang boleh melintasi Jembatan Baru. Tujuannya untuk mengantisipasi hal yang tidak kita inginkan. “Sekarang kan sudah kita pasang portal pembatas ketinggian. Karena, jika kendaraan yang melebihi batas itu memaksa lewat, khawatir terjadi hal yang tidak kita inginkan,” terangnya.

Asep Dadi menyebutkan, jumlah tiang pancang yang saat ini masih berdiri kokoh berjumlah 21 buah. Karena jumlah semuanya sebanyak 24 buah. Dengan adanya hal itu tentunya berdampak pada pengerjaan perbaikan Jembatan Parungsari atau Callender Hamilton. “Rencananya Jembatan Baru itu untuk pengalihan arus lalu lintas. Karena Jembatan Parungsari akan diperbaiki. Tapi sekarang ada kendala seperti ini, kemungkinan perbaikannya mundur,” ujarnya.

Sebelumnya perbaikan Jembatan Parungsari akan mulai awal bulan Oktober 2022 mendatang. Namun, kini rencana perbaikannya mundur, mengingat jalur alternatif pengalihan arus ke Jembatan Baru terkendala.

Sementara itu dari pantauan tim Jaya Pos, pasca kejadian banjir yang menggenangi pemukiman warga di Kota Banjar, Balai Besar Wilayah Sungai atau BBWS Citanduy Kota Banjar  menggelar kegiatan  Sosialisasi Banjir Bersama Pemerintah Kota Banjar di Aula Leuwi Keris BBWS Citanduy. Hadir dalam kegiatan tersebut, Wakil Wali Kota Banjar, Sekretaris Daerah Kota Banjar, Kepala BBWS Citanduy, Wakil Ketua DPRD Kota Banjar, perwakilan Dandim 0613/Ciamis, perwakilan Kapolres, dan beberapa Kepala OPD, beberapa waktu lalu.

Dalam sosialisasi ini, BBWS Citanduy dan Pemerintah Kota Banjar membahas banjir yang sempat merendam 58 rumah warga yang berada di area bantaran, diakibatkan dari luapan air Sungai Citanduy yang datang dari hulu. Selain menyasar pemukiman warga, banjir juga menggenangi beberapa fasilitas umum dan menyebabkan tiga tiang pancang penyangga Jembatan Baru di Lingkungan Parunglesang, Kelurahan Banjar patah, setelah dihantam kayu besar yang terbawa arus saat hujan.

Jembatan Parunglesang yang rencananya akan menjadi jembatan alternatif pengalihan arus lalu lintas terkait pengerjaan Jembatan Parungsari yang akan ditutup untuk pergantian, akhirnya diportal demi menjaga keselamatan pengguna jembatan untuk perbaikan. Berbagai kerusakan yang diakibatkan banjir tersebut, dikhawatirkan akan terulang kembali mengingat prakiraan cuaca ekstrim yang diumumkan BMKG memprediksi bahwa bulan Oktober akan terjadi intensitas hujan yang lebih ekstrim dari pada sebelumnya.

Kepala BBWS, Bambang Hidayah menjelaskan peristiwa banjir yang terjadi pada pekan lalu merupakan banjir dari hulu dan tidak ada kaitannya sama sekali dengan pengerjaan Bendungan Leuwi Keris yang saat ini sedang di bangun. “Bendungan kan belum jadi, limpasan air kemarin itu menjebolkan tanggul inlet yang tidak tersentuh proyek bendungan. Justru 13 alat berat milik proyek ikut hanyut, dan 2 diantaranya berhasil dievakuasi oleh petugas di lapangan,” jelasnya.

Kendati demikian, tandas Bambang, untuk mengantisipasi dampak jebolnya kembali tanggul tersebut pihaknya telah memperbaiki struktur tanggul alam dengan batuan agar lebih kuat dan lebih tinggi untuk mengantisipasi terjadinya banjir dengan debit air yang tinggi. Adapun rumah yang terendam banjir di kawasan bantaran sungai, Bambang berharap agar dapat mengantisipasi banjir dengan segera mengevakuasi perabotan dan penyelamatan jiwa. “Sebetulnya area bantaran sungai tidak boleh dijadikan pemukiman untuk mengantisipasi terjadinya hal seperti ini dan sebelumnya kami selalu beri edukasi saat mensosialisasikan fungsi dari bantaran sungai tersebut,” tandasnya. (Mamay)

 

 

 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *