Scroll untuk baca artikel
BeritaHEADLINEJAWAJawa Barat

Area Wisata Karangkamulyan Ciamis Dikuasai Gerombolan Monyet

×

Area Wisata Karangkamulyan Ciamis Dikuasai Gerombolan Monyet

Sebarkan artikel ini

Views: 332

CIAMIS, JAPOS.CO – Monyet-monyet di Kawasan Objek Wisata Budaya Karangkamulyan, Jalan Raya Ciamis-Banjar, Desa Karangkamulyan, Kecamatan Cijeungjing, Kabupaten Ciamis, tak selamanya hidup akur dan harmonis. Ternyata mereka juga terbagi dalam kelompok-kelompok.

Advertisement
scroll kebawah untuk lihat konten

Setidaknya ada empat atau lima kelompok monyet, diantaranya kelompok di dekat pos masuk, Grup (sekitar Situs) Pangcalikan, Sabung Ayam, dan Cikahuripan. Monyet-monyet tersebut tinggal di pohon-pohon.

Kawasan Karangkamulyan yang masih alami dengan dengan luas 25,5 hektare mayoritas hutan lindung, menjadi lokasi nyaman tenteram bagi binatang primata tersebut. Monyet-monyet yang muncul di area parkir atau warung tergolong jinak dan sering diberi makanan oleh pengguna lalu lintas yang beristirahat.

Tak diketahui secara pasti berapa jumlah masing-masing kelompok atau jumlah yang dominan kelompok mana karena kini habitatnya banyak sekitar 700 ekor. Namun mereka seolah geng-gengan dalam kehidupan manusia. Monyet kerap tawuran, geng yang satu menyerang lainnya.

Entah ada permasalahan apa saja sebetulnya, tapi salah satu masalahnya karena tawuran memperebutkan wilayah kekuasaan. Layaknya dalam alur sinetron televisi Preman Pensiun karya Sutradara Aris Nugraha yang mempunyai sosok jeger legendaris Kang Bahar. “Kumaha di terminal atawa pasar we, he he, Harus gelut dulu. Setelah kelompok satu menguasai kawasan tersebut, beberapa waktu kemudian kelompok lain ganti menyerang untuk merebut kawasan. Jadi yang memegang kawasan pos ini yang berkuasa di sini,” ujar petugas tiket pintu masuk, Suwartono beberapa waktu lalu.

Wilayah yang paling favorit bagi kalangan monyet dan kawan-kawan adalah area sekitar pos pintu masuk bagian dalam. Mungkin karena di lokasi itu lebih “basah”, artinya sering banyak makanan karena pengunjung baru masuk area yang dilindungi sehingga stok makanan masih tersedia.

Desi Lestari, petugas pintu masuk pos Situs Karangkamulyan lainnya, menuturkan, jika satu kelompok ingin merebut kawasan pos ini padahal telah dikuasai kelompok lain, mereka tak segan-segan menyerang hingga area tersebut berhasil dikuasai. “Misalnya ketika dari Cikahuripan datang ke sini (dekat pos pintu masuk) tandanya ingin merebut wilayah, dan kelompok di sini mempertahankan maka keributan dipastikan terjadi,” kata Desi.

Saat tawuran, monyet-monyet riuh bersuara atau garandeng (berisik). Jika yang tak biasa mendengar, ketika berada di area hutan yang sepi akan terasa suasana mencekam. Kadang tawuran tersebut menimbulkan korban yang berdarah-darah. Namun saat tawuran tidak semua anggota kelompok terlibat, masing-masing kelompok hanya sekitar lima-10 ekor, mungkin yang paling senior, petinggi, utusan, atau jeger-jegernya saja. Bedanya dengan tawuran manusia, mereka sportif tangan kosong tentu saja tanpa memakai senjata tajam.

Apakah saat tawuran sering memakan korban luka berat hingga ada monyet yang ngajoprak (tergeletak) masuk rumah sakit dalam penanganan medis dokter hewan? Suwartono dan Desi tergelak. Menurutnya, tubuh monyet kuat. “Monyet mah kuat, anu atos jewol oge tiasa rapet deui (Yang tubuhnya sudah luka dalam juga bisa rekat lagi),” ujar Suwartono.

Saat ngobrol-ngobrol dengan tim Jaya Pos, Suwartono dan Desi juga banyak tertawa. Siang itu, dari pos pintu masuk terlihat segerombolan monyat “santuy” berkeliaran jalan-jalan di kawasan lapang kecil, ada juga yang bergelantungan dan nongkrong-nongkrong di plang petunjuk situs. Ketika ditanya kira-kira dari geng mana penguasa wilayah tersebut saat ini, Suwartono tidak menyebutkan pasti. “Mungkin itu penguasa paling lama kawasan tersebut, ya geng daerah pos he he,” ujarnya.

Dari monyet-monyet yang terlihat oleh manusia, selain yang berukuran besar atau lansia (lanjut usia), ada juga monyet yang masih balita karena terlihat sering digendong orangtuanya. Adapun monyet berukuran paling besar saat ini, warga kawasan Karangkamulyan menyebutnya Si Pecak atau Si Mata Satu.

Kemungkinan ia raja monyet di kawasan itu sehingga begitu berkuasa. Ia dikenal paling berani maju ke depan sehingga kerap muncul hingga kawasan warung dan parkir. Jika dalam sinetron Preman Pensiun, sosoknya seolah pewaris kekuasaan, Kang Mus (Muslihat), dari Kang Bahar.

Dulu pernah juga ada monyet legendaris yang disebut Si Koboy. Ia sering memimpin tawuran di garda terdepan bahkan hingga tubuhnya luka berat, wajahnya berdarah-darah dan struktur giginya nyengsol (miring tak beraturan). Dalam kondisi  itu masih kuat dan hidup. “Ayeuna mah Si Koboy tos paeh, digentos ku nu sanes (Sekarang Si Koboy sudah mati, diganti oleh yang lain), Si Pecak itu,” ucap Suwartono.

Desi dan Suwartono menyebutkan monyet-monyet di Karangkamulyan dalam kondisi sehat. Biasanya diberi makan oleh petugas minimal dua kali sebulan. Selain cukup banyak makanan diberikan oleh pengunjung, mereka mencari sendiri di kawasan hutan yang luas. Selain kacang-kacangan, pisang, monyet-moyet tersebut menyukai jenis makanan lainnya. “Dulu jarang terlihat monyet di area parkir. Mereka lebih sering muncul setelah pandemi Covid-19 melanda sekitar dua tahun lalu,” ujar Desi.

Saat disebutkan ada monyet yang dengan santainya berkeliaran di area parkir dan warung hingga diberi makanan oleh pengguna lalu lintas yang sedang beristirahat, Desi mengatakan mungkin awalnya monyet melihat ada orang yang membawa makanan di area tersebut.

Namun mereka hanya akan muncul hingga sebelum Magrib saja karena menjelang malam biasanya kembali ke dalam. “Monyet kaluar ti leuweung mucunghul di kawasan parkir deui upami enjing-enjing jam tujuh-jam salapanan, panginten nembe garugah, he he (Keluar lagi dari hutan muncul di kawasan parkir lagi kadang-kadang sekitar pukul 07.00 atau 09.00, mungkin baru bangun tidur),” pungkas Desi. (Mamay)

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *