Views: 149
PANGANDARAN, JAPOS.CO – Pelaku industri pariwisata Pangandaran, Jawa Barat terus mendorong percepatan pembangunan akses jalan tol dan kereta api (KA). Hal ini perlu dilakukan untuk mempersingkat perjalanan wisatawan ke beberapa objek wisata yang ada di Pangadaran.
Selain juga mengurai kemacetan pada momen-momen tertentu, seperti libur panjang atau hari besar seperti tahun baru. “Sudah sangat mendesak untuk segera dilakukan akses jalan yang lebih cepat menuju Pangandaran. Baik itu, melalui jalur Tol maupun kereta api,” kata Ketua Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Kabupaten Pangandaran, Agus Mulyana kepada para awak media..
Menurutnya, perencanaan untuk beberapa proyek strategis seperti bangunan tol sudah mulai dilakukan tahun ini. “Untuk pembangunan jalan jalur wisata sepanjang 40 km Pangandaran-Batukaras, tahun ini (2022) sudah berjalan. Pemerintah telah menganggarkan 80 miliar dan ditargetkan selesai pada tahun yang sama,” ujar Agus.
Proyek ini menjadi harapan besar untuk makin bertumbuhnya sektor pariwisata Pangandaran, termasuk kebangkitan ekonomi. Selain pembangunan jalan tadi, menurut Agus, pemerintah juga sudah merencanakan dimulainya Tol Cigatas. “Untuk Tol Cigatas segmen pertama Bandung-Tasikmalaya targetnya selesai 2024. Kemudian dilanjutkan Tasik-Cilacap, dimana eksis tol Pangandarannya di Kalipucang selesai pada tahun 2026,” ujar Agus.
Persiapkan SDM Pariwisata Pangandaran
Disamping jalan tol, pemerintah juga bakal menghidupkan kembali (reaktivasi) jalur kereta api, dimana sesuatu target Peraturan Presiden (Perpres) 87 pada tahun 2030 selesai. “Memang kalau melihat rentang waktunya kan masih cukup lama. Namun, bisa saja dilakukan percepatan, bagaimana “goodwill” dari pemerintah, bagaimana menjadikan Pangandaran sebagai daerah unggulan pariwisata,” ungkap Agus.
Guna mengantisipasi ‘ledakan’ pertumbuhan pariwisata di kawasan timur Priangan itu, lanjut Agus, pihaknya suda mempersiapkan berbagai program. Khususnya, dalam meningkatkan sumber daya manusia (SDM). “Terutama di SDM pelayanan hospitality pariwisata. Kami (PHRI), dalam setahun minimal dua kali mengadakan pelatihan pada berbagai bidang. Misalnya, di front office, food and beverage (FB), room boy. Artinya, dari semua sisi kita sentuh,” ungkapnya.
Dari sektor objek, terutama yang berada di kawasan Pantai Barat dan Pantai Timur saat ini terus dilakukan pembenahan. “Relokasi pedagang kan sudah ya. Kemudian, penataan didalam dengan pembangunan taman-taman dan yang lainnya masih berlanjut. Cuma mungkin nanti, yang perlu dipikirkan itu adalah, bagaimana supaya, kalau benar-benar pengunjung ramai seperti momen lebaran dan tahun baru tidak terjadi kemacetan atau penumpukan. Itu sebab, diharapkan dengan adanya pembangunan jalan di dalam yang menyambungkan Pangandaran-Batu Hiu-Batukaras. Jadi nanti masuk dari Pantai Barat atau Pantai Timur, keluarnya ke Batukaras sehingga tidak terjadi kemacetan,” tutur Agus.
Oleh sebab itu pelaku industri pariwisata Pangandaran terus berupaya bergandengan tangan dengan pemerintah. Khususnya, melalui Dinas Pariwisata dan Kebudayaan (Disparbud) dalam pengembangan destinasi.
Hal penting lainnya yang perlu segera dipertimbangkan adalah menghidupkan kembali jalur kereta wisata. “Kenapa, karena ini sangat menarik. Banyak spot wisata yang bisa dinikmati lewat jalur kereta tersebut. Diantaranya, ada terowongan Sumber yang merupakan terowongan terpanjang di Indonesia. Masih ada lagi jembatan tertinggi di daerah Cikacepit.
Jembatan ini terletak di Desa Cipamotan, Kecamatan Kalipucang dengan panjang 310 meter yang menghubungkan antara Stasiun Kalipucang dengan Stasiun Sumber. “Jalur kereta api ini melingkar di pinggir pantai. Seperti ke Pantai Karang Nini, Kerapyak hingga memasuki pantai pangandaran lainnya,” tandasnya. (Mamay)