Scroll untuk baca artikel
BeritaHEADLINEJAWAJawa Tengah

Pemkot Inisiasi Program Ketahanan Sosial-Ekonomi Bersama MCI dan EFI Penanggulangan Rob serta Banjir

×

Pemkot Inisiasi Program Ketahanan Sosial-Ekonomi Bersama MCI dan EFI Penanggulangan Rob serta Banjir

Sebarkan artikel ini
Konsultasi Publik Rencana Tata Guna Lahan Partisipatif Kota Pekalongan dibuka Walikota Pekalongan, HA Afzan Arslan Djunaid

Views: 49

KOTA PEKALONGAN, JAPOS.CO – Rob dan banjir di Kota Pekalongan telah menimbulkan dampak serius dari kerusakan sarana dan prasarana pribadi, permukiman, hingga jaringan jalan dan fasilitas publik lainnya pun telah menyebabkan lahan masyarakat tergenang permanen dan musiman.

Advertisement
scroll kebawah untuk lihat konten

Beberapa pendapatan masyarakat menurun seperti sektor pertanian, tambak, termasuk sektor pekerjaan jasa, bahkan beberapa warga masyarakat kehilangan pekerjaan sama sekali, sehingga beralih pekerjaan. Berbagai upaya penanggulangan rob dan banjir telah dan masih dilakukan, baik dari pemerintah, swadaya masyarakat hingga yang melibatkan kerjasama dengan para pemangku kepentingan pembangunan lainnya.

Dalam mendukung percepatan penanggulangan rob dan banjir, pada pertengahan tahun 2021, Mercy Corp Indonesia (MCI) dan Earthworm Foundation Indonesia (EFI) bersama Pemerintah Kota Pekalongan berinisisasi mengembangkan program peningkatan ketahanan

sosial-ekonomi masyarakat dalam menghadapi dampak perubahan iklim. Hal ini terungkap dalam kegiatan Kegiatan Konsultasi Publik Rencana Tata Guna Lahan Partisipatif Kota Pekalongan yang dibuka secara langsung oleh Walikota Pekalongan, HA Afzan Arslan Djunaid, bertempat di Ruang Amarta Setda Kota Pekalongan, Rabu (16/3/2022).

Program ini diharapkan memberikan kontribusi dalam meningkatkan ketahanan (resiliensi) masyarakat yang terdampak rob dan banjir, khususnya pada kelurahan terpilih yakni, Kelurahan Bandengan, Degayu dan Kelurahan Krapyak, Kota Pekalongan.

Walikota Aaf menyambut baik dan mendukung adanya inisiasi program yang digalakkan oleh MCI dan EFI yang bersinergi bersama Pemerintah Kota Pekalongan yang diharapkan dapat menjadi langkah awal bagi para pemangku kepentingan daerah untuk berkolaborasi bersama dalam menangani isu banjir, khususnya terkait dampak yang dirasakan langsung di sektor perikehidupan masyarakat. Aaf mengaku bersyukur, jika banyak pihak yang antusias membantu memaksimalkan potensi, mengatasi permasalahan yang ada di Kota Pekalongan yang belum terselesaikan, diantaranya permasalahan dampak yang disebabkan oleh adanya bencana banjir dan rob yakni lahan tambak dan sawah milik warga yang semakin menyusut dan tidak berproduktif.

“ Ternyata ada cara-caranya walaupun tidak berskala besar ukuran tambak normal misalnya 6000-8000 meter, 1 hektar tetapi itu bisa dimaksimalkan, seperti tambak udang dan bandeng, mereka butuh air payau. Sehingga, bagaimana air-air ini yg tadinya menggunakan pintu air yang sekarang kondisinya sudah tidak maksimal kebanjiran,rob, dan sebagainya ternyata ada solusi alternatif lainnya misal menggunakan tandon,” tutur Aaf.

Pihaknya mendorong para petani baik petani tambak, udang, dan sebagainya untuk bersama-sama menyukseskan program ini. Pihaknya berharap program ini bisa berjalan dan bisa maksimal.

“Kami ucapkan terimakasih untuk MCI dan EFI, mudah-mudahan kegiatan ini membawa keberkahan untuk Kota Pekalongan. Sangat disayangkan jika sudah ada pihak yang mau berkontribusi dan peduli untuk Kota Pekalongan, mudah-mudahan semuanya bisa bersinergi untuk pembangunan-pembangunan yang ada disini, termasuk pemulihan ekonomi. Mengingat, Kota Pekalongan sudah masuk 15 besar daerah terkait program perencanaan pembangunan seluruh Indonesia,” ungkapnya.

Sementara itu, Executive Director Mercy Corps Indonesia, Ade Soekadis menjelaskan bahwa, dalam kegiatan ini dilakukan program Zurich Flood Resilience Alliance (ZFRA) atau program ketahanan sosial-ekonomi masyarakat dalam menghadapi dampak perubahan iklim, yakni adanya banjir dan rob yang meliputi beberapa langkah diantaranya study pemetaan resiko, dampak kerusakan yang ada, dilanjutkan dengan program yang memiliki dampak ekonomi terhadap masyarakat dengan pendekatan Lahan Partisipatif (Participatory Land Use Planning/PLUP), sebagai pendekatan sekaligus metode dalam masyarakat memetakan potensi dan masalah sumberdaya wilayahnya, merumuskan arahan staregis dalam memperbaiki situasi yang terjadi, serta mengembangkan wilayahnya secara lebih baik, terarah dan berkelanjutan.

“Jadi esensinya adalah bagaimana masyarakat itu bisa beradaptasi terhadap perubahan-perubahan yang terjadi di lapangan, misalnya rob semakin besar, banjir semakin sering terjadi. Oleh karena itu, bagaimana kita bisa mendorong masyarakat untuk tetap bisa beradaptasi dalam mata pencahariannya, ekonominya sehingga mereka terus bisa bertahan dan beradaptasi terhadap perubahan iklim dan bencana yang ada,” terang Ade.

Pihaknya menegaskan, dalam program ini juga nantinya dicarikan solusi-solusi yang inovatif, diantaranya jika terdahulu mungkin sifatnya natural dengan membuka pintu air untuk rob, saat ini dicari kondisi atau perlakuan-perlakuan khusus bagaimana petambak masih tetap bisa bertahan dengan melakukan kondisi tertentu sehingga bisa memastikan tambak mereka bisa berjalan.

“Kita menyettingkan resiko-resiko perubahan yang terjadi dengan potensi-potensi ekonomi sehingga mereka tetap bisa hidup dan bertahan secara ekonomi, lebih tangguh walaupun terjadi perubahan iklim maupun bencana. Jadi, perlu ada pemetaan secara partisipatif, lahannya seperti apa sekarang, bagaimana ke depannya lahan itu bisa dimaksimalkan, sehingga mereka tetap bisa melakukan upaya-upaya yang berkesinambungan,” paparnya.

Ditambahkan Pimpinan Earthworm Foundation Indonesia (EFI), Arif Perkasa, menyebutkan, adapun target jumlah penerima manfaat program yang akan dijalankan minimal 5 tahun ini sebanyak 300 orang petani dan nelayan. Dimana, lahan yang dulunya tersedia luas, saat ini dengan adanya bencana semakin menyusut. Oleh karena itu, bagaimana dalam program ini bisa memaksimalkan lahan yang menyusut ini untuk produktivitas yang lebih tinggi.

“Nilai ekonominya harus bertambah, misalkan dengan menargetkan pasar ekspor yang didalamnya spesifikasinya khusus, harganya lebih tinggi tetapi persyaratannya lebih ketat. Hal itulah yang kita dorong juga ke masyarakat supaya walaupun dengan lahan yang menyusut tetapi nilai ekonominya minimal jangan sampai jatuh dibandingkan ketika dahulu lahannya  luas. Sebisa mungkin, kita optimis ketika bertemu pasar yang tepat dan teknologi tepat guna bisa menjembatani bahwa dengan lahan yang kecil pun bisa berproduktivitas dan penghasilan masyarakat tetap bisa terjaga,”pungkasnya.(sofi)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *