Views: 104
KAJEN, JAPOS.CO – Fenomena banjir rob yang kerap melanda wilayah utara Jawa, termasuk Pekalongan, disebabkan oleh beberapa faktor, salah satu faktor adalah adanya land subsidence atau penurunan tanah menjadi faktor yang paling berpengaruh. perubahan iklim dan penurunan muka tanah membuat banjir pasang yang dikenal sebagai rob jadi masalah serius. Untuk itu, mengatasi persoalan banjir ini perlu penanganan tepat dan efisien.
Menurut Heri Andreas, ahli Geodesi dari Institut Teknologi Bandung (ITB) menyebut, Pekalongan bernasib sama seperti kota-kota di pesisir utara Jawa lainnya.
Ada dua faktor yang menyebabkan kota Pekalongan ini merasakan dampak parah banjir rob, yakni, perubahan iklim dan eksploitasi air tanah masif.
Terkait perubahan iklim, kata Heri, muka air laut meninggi karena es di Kutub Utara dan Selatan mencair. Faktor ini disebut Heri masih kurang signifikan karena angka kenaikan air laut umumnya kurang dari satu cm per tahun.
Yang membuat Pekalongan berbeda dari daerah pesisir utara Jawa lainnya adalah penurunan tanah yang tinggi. “Bisa lebih dari 10 cm per tahun. Penurunan tanah di pesisir Pekalongan mencapai 10-14 cm per tahun, setara dengan kota-kota besar lain di pesisir Jawa seperti Jakarta dan Semarang. Hal ini diperparah oleh kenaikan muka air laut akibat pemanasan global, yang semakin meningkatkan risiko banjir rob di wilayah ini.
Bupati Pekalongan Fadia Arafiq melakukan peninjauan ke lokasi terdampak rob di Desa Tegaldowo dan Jeruksari, Kecamatan Tirto, pada Selasa (3/6/2025).
Kegiatan ini dilakukan sebagai bentuk perhatian serius Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Pekalongan terhadap masalah rob yang melanda kawasan tersebut.
Dalam kunjungannya, Bupati Fadia didampingi oleh suaminya yang juga Anggota Komisi X DPR RI Ashraff Abu, Penjabat Sekda Kabupaten Pekalongan Edy Herijanto, serta sejumlah kepala Organisasi Perangkat Daerah (OPD) terkait. Selain meninjau lokasi, Bupati Fadia juga menyalurkan bantuan kepada warga terdampak rob di kedua desa.
Di sela peninjauan, Bupati mengungkapkan bahwa Pemkab Pekalongan sebelumnya telah membangun rumah pompa di Jeruksari dengan nilai sekitar Rp3 miliar. Namun, saat ini pompa yang ada tidak berfungsi akibat kerusakan pada komponen kabel.
“Pompa di Jeruksari sudah kita bangun, tapi ada kabel yang rusak dan alatnya tidak tersedia di Indonesia, harus pesan dari Jerman. Sudah kita pesan, insya Allah Juni ini datang dan bisa segera dipasang. Kalau sudah berfungsi, seharusnya tidak ada banjir lagi di Jeruksari,” ujar Bupati.
Lebih lanjut, ia menyampaikan bahwa penanganan rob tidak hanya berhenti di pembangunan pompa semata, melainkan juga dilakukan melalui penanaman mangrove yang dijadwalkan pada Kamis (5/6) di kawasan Pantura. Selain itu, Bupati menegaskan pihaknya terus berkoordinasi dengan Gubernur Jawa Tengah untuk meminta tambahan rumah pompa bagi wilayah rawan rob di pesisir,
“Jadi kalau saya, akan percepat pembangunan rumah-rumah pompa, karena jalan sebagus apapun kita bangun, tapi kalau tetap banjir, ya sama saja bohong, hancur lagi,” tegas Fadia.
Ia juga menyampaikan bahwa Pemkab Pekalongan tidak menunggu bantuan dari pusat atau provinsi untuk bertindak. Sebagai langkah konkret, rumah pompa baru tengah dibangun di wilayah Siwalan, Depok, menggunakan anggaran daerah,
“Kami harus kerja cepat, tidak usah tunggu ini-itu. Tahun ini langsung kita bangun rumah pompa di Siwalan Depok,” pungkasnya.(INA)