Views: 147
CIAMIS, JAPOS.CO – Seorang remaja berusia 17 tahun asal Kabupaten Tasikmalaya tewas tenggelam di lokasi wisata Curug Panganten, Dusun Cukanguncal, Desa Tanjungsari, Kecamatan Sadananya, Kabupaten Ciamis, Sabtu siang (5/4).
Korban bernama Rifki Juliansyah, warga Kampung Langkob, RT 03 RW 10, Desa Mekarwangi, Kecamatan Cisayong, Kabupaten Tasikmalaya. Ia diketahui tenggelam sekitar pukul 13.00 WIB saat berenang di sekitar pusaran air curug.
Kepala Pelaksana BPBD Kabupaten Ciamis, Ani Supiani, membenarkan peristiwa tersebut. Ia menjelaskan bahwa korban sempat terseret pusaran air sebelum akhirnya berhasil dievakuasi oleh petugas pengamanan wisata setempat. “Korban berenang di sekitar area pusaran air Curug Panganten. Tim pengaman wisata langsung melakukan evakuasi saat melihat kejadian. Meskipun sudah dibawa ke Puskesmas Sadananya, korban dinyatakan meninggal dunia sekitar pukul 14.30 WIB,” ungkap Ani Supiani kepada para awak media.
Menurutnya, salah satu kendala dalam proses evakuasi adalah akses lokasi yang cukup jauh dari jalur kendaraan, sehingga menyulitkan mobil ambulans untuk masuk lebih cepat ke titik kejadian. “Kami akui, akses menuju lokasi cukup sulit bagi kendaraan medis. Hal ini menjadi catatan penting bagi penataan kawasan wisata, terutama yang berada di lokasi terpencil atau berbukit,” ujar Ani.
BPBD Kabupaten Ciamis juga menghimbau kepada pengelola wisata dan para pengunjung agar lebih memperhatikan keselamatan saat berwisata, khususnya di kawasan air terjun dan aliran sungai yang memiliki potensi bahaya. “Kami sangat menyayangkan kejadian ini. Ke depan, kami akan memperkuat koordinasi dengan pengelola wisata untuk memastikan adanya pengawasan yang lebih ketat di titik-titik rawan. Kepada pengunjung, kami minta untuk tidak berenang di area yang telah diberi peringatan atau diketahui berbahaya,” himbaunya.
Saat ini, jenazah korban telah diserahkan kepada pihak keluarga untuk dimakamkan. Sementara itu, BPBD bersama aparat desa dan pengelola wisata terus melakukan evaluasi terhadap sistem pengamanan di kawasan wisata alam.
Sementara itu di tempat terpisah, Kepala Dinas Pariwisata Ciamis, Budi Kurnia menjelaskan wisata alam memang memiliki risiko yang tinggi. Karakteristik alam, air, tebing dan gunung terkadang tidak pernah pasti. “Namanya wisata alam, risikonya besar karena kita tidak pernah tahu karakteristik alam seperti air, tebing dan gunung,” jelasnya, Rabu (9/4).
Pihak dinas sebenarnya telah melakukan berbagai upaya preventif untuk mencegah hal tersebut, seperti kunjungan rutin, pelatihan dan pembinaan kepada pengelola wisata. Curug Panganten yang termasuk kategori wisata tirta, tentunya sudah dilengkapi dengan petugas yang memiliki pelatihan dasar penyelamatan atau life guard, lengkap dengan lisensinya. Meski demikian, sistem pengelolaan Curug Panganten dilakukan oleh desa setempat, sementara Dinas Pariwisata hanya bertindak sebagai pendamping, pembina dan pengawas.
Budi juga menyebut telah menyampaikan himbauan menjelang musim libur lebaran. Bahkan, sudah diberikan peringatan debit air di Curug Panganten sedang tinggi dan biasanya menjadi pusaran air.
Pengunjung seharusnya melapor kepada pengelola dan melakukan konfirmasi sehingga akan mendapat pendampingan, informasi tentang potensi bahaya serta diberikan pelampung. “Kalau pengunjung tidak konfirmasi, artinya tidak ada yang mengawasi dan mereka tidak tahu SOP-nya,” ujar Budi.
Kejadian wisatawan tewas tenggelam ini bukan yang pertama. Curug Panganten sudah dua kali mengalami insiden serupa. Hal ini seharusnya menjadi peringatan akan pentingnya koordinasi dan pengawasan di kawasan wisata alam terbuka. “Kalau larangan dan papan peringatan sudah ada, tapi masyarakat kadang tidak membacanya atau mengabaikannya. Maka harus ada petugas yang berjaga secara langsung,” tukas Budi.
Ke depan, Dinas Pariwisata berharap masyarakat, para pengunjung memahami wisata alam bukan sekadar tempat bermain, melainkan wilayah yang penuh risiko. Perlu adanya koordinasi dengan pihak yang memahami medan dan kondisi alam. Tanpa itu, kegiatan wisata bisa berakhir menjadi tragedi. “Penutupan sementara Curug Panganten ini juga sebagai langkah evaluasi untuk meningkatkan keamanan wisata alam. Dinas Pariwisata bersama pihak desa akan mengevaluasi SOP dan sistem pengawasan, demi mencegah tragedi serupa terjadi lagi, “ pungkasnya. (Mamay)