BeritaJawa Barat

Melalui Program Kencleng BAZNAS Ciamis Sulap Receh Menjadi Berkah

×

Melalui Program Kencleng BAZNAS Ciamis Sulap Receh Menjadi Berkah

Sebarkan artikel ini
Ketua Baznas Ciamis, KH. Lili Miftah menyaksikan penghitungan uang receh dari program kencleng yang diluncurkan Baznas Ciamis. (Foto:Mamay)

Views: 80

CIAMIS, JAPOS.CO – Di tengah tantangan sosial seperti kemiskinan dan ketimpangan ekonomi yang kian nyata, secercah harapan justru muncul dari gerakan Kencleng di Kabupaten Ciamis.

Melalui program Gerakan Kencleng Badan Amil Zakat Nasional (Baznas) Ciamis berhasil mengubah recehan menjadi berkah, menghimpun hampir Rp 13 miliar hanya dalam kurun waktu lima bulan.

Diluncurkan pada Januari 2025, Gerakan Kencleng mengajak warga desa untuk menabung sedekah receh secara rutin di kotak celengan yang disediakan Baznas. Lebih dari 20 ribu kencleng disebar ke rumah-rumah warga di 79 desa. Isinya? Koin dan lembaran kecil seratus hingga dua ribuan rupiah. Namun dari uang receh inilah, terkumpul angka yang mengejutkan: Rp 13 miliar.

Yang menarik, capaian luar biasa ini baru berasal dari sekitar 30% desa yang ada di Kabupaten Ciamis—yakni 79 dari 265 desa. Baznas menargetkan pada akhir tahun 2025, seluruh desa akan terlibat, membuka peluang untuk pengumpulan dana infak lebih dari Rp25 miliar sepanjang tahun.

Hal tersebut diungkapkan Ketua Baznas Kabupaten Ciamis, Drs. KH Lili Miftah, MBA diruangannya, Rabu (4/6). Menurutnya, dana yang terkumpul dari program Kencleng tidak dibiarkan mengendap. Baznas Ciamis telah merancang lima program prioritas untuk menyalurkan dana secara tepat sasaran dan transparan. “Lima program tersebut meliputi  Ciamis Peduli yaitu merenovasi dan membangun rumah layak huni bagi keluarga prasejahtera. Ciamis Cerdas yaitu memberikan beasiswa pendidikan bagi anak-anak dari keluarga kurang mampu, Ciamis Sehat dengan menyediakan layanan kesehatan gratis bagi masyarakat dhuafa, Ciamis Sejahtera yang memberikan bantuan modal usaha kepada UMKM lokal serta Ciamis Agamis dengan cara penyaluran insentif untuk guru ngaji, marbot masjid, dan para penggerak dakwah di desa-desa, “ ungkapnya.

Kelima program tersebut, kata KH Lili,  dijalankan bersama perangkat desa setempat untuk memastikan distribusi bantuan tetap menyentuh kebutuhan riil masyarakat. “Gerakan Kencleng bukan hanya soal pengumpulan dana, melainkan cerminan dari gotong royong dan kekuatan kolektif masyarakat desa. Baznas Ciamis membuktikan bahwa perubahan besar bisa dimulai dari langkah kecil, dari tangan-tangan masyarakat biasa, “ katanya.

Diakuinya, konsepnya sederhana ribuan kencleng kecil disebar ke rumah-rumah di 265 desa. “Setiap keluarga secara sukarela mengisi celengan itu dari uang kembalian belanja, sisa uang jajan, atau pendapatan harian. Setiap tanggal 20 hingga akhir bulan, ketua RT mengumpulkan kencleng, menghitung isinya, lalu menyerahkannya ke kepala dusun untuk diteruskan ke BAZNAS. Program ini bukan sekadar strategi penggalangan dana, tapi juga sarana pendidikan nilai sedekah sejak dini, “ ujar KH. Lili.

Salah satu kelurahan yang merasakan dampak langsung adalah Kelurahan Kertasari, Kecamatan Ciamis. “Gerakan kencleng di Ciamis telah menunjukkan bahwa yang dibutuhkan masyarakat bukan sekadar bantuan, melainkan sarana yang tepat untuk berbagi. Dan kencleng celengan kecil itu telah menjembatani solidaritas, dari saku ke solusi, dari rumah ke perubahan besar. Melalui pendekatan yang humanis dan edukatif, warga diajak menyimpan uang receh ke dalam kencleng di rumah masing-masing. Hasilnya luar biasa. Beberapa desa yang awalnya hanya bisa menghimpun Rp1,5 juta per bulan, kini bisa meraih hingga Rp10 juta per bulan, “ jelasnya.

Meski sempat menghadapi tantangan teknis, tandas KH Lili, seperti banyaknya koin yang harus dihitung, BAZNAS telah mengantisipasinya dengan menyediakan mesin penghitung uang logam. “Transparansi dan akuntabilitas tetap menjadi fondasi utama, dengan seluruh transaksi tercatat melalui sistem digital SIAPZIS dan SIMBA. Melihat dampaknya, BAZNAS menargetkan gerakan kenclengisasi dapat diterapkan di seluruh desa di Ciamis, yang diperkirakan berpotensi menghasilkan Rp2 miliar per bulan. Bahkan, beberapa desa kini ditetapkan sebagai “kampung zakat”, dan Kecamatan Ciamis sedang berproses menjadi “kecamatan zakat”. Tahun ini, BAZNAS menargetkan penghimpunan dana sebesar Rp25 miliar, meningkat dari Rp22 miliar lebih tahun lalu. Angka itu diyakini bisa tercapai lewat sinergi program, partisipasi masyarakat, dan kekuatan dari receh yang diberkahi, “ tandasnya. (Mamay)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *