Views: 126
SAMOSIR, JAPOS.CO – Dalam rapat UNESCO Global Geopark di Maroko pada 4-5 September 2023, kawasan Taman Bumi (Geopark) Kaldera Toba mendapat kartu kuning dari UNESCO. Kartu kuning merupakan peringatan dari UNESCO yang berarti badan pengelola Toba Caldera UNESCO Global Geopark tersebut tidak memenuhi beberapa kriteria yang ditetapkan. UNESCO meminta Badan Pengelola Toba Caldera UNESCO Global Geopark melakukan perbaikan, sebelum dilakukan validasi ulang selama dua tahun kemudian, yakni Juni 2025.
Instruksi Gubernur Sumatera Utara Meraih Kembali The Green Card Dari Unesco.
Gubernur Sumatera Utara Muhammad Bobby Afif Nasution menginstruksikan Badan Pengelola Toba Caldera UNESCO Global Geopark (BP TC-UGGp) bekerja secara kolaboratif untuk mengembalikan status keanggotaan Green Card (Kartu Hijau) Toba Caldera Geopark dari UNESCO. “Gubernur harus belajar secara khusus tentang masalah geopark ini, karena khawatir nanti kalau tidak mengerti persoalannya, sudah mempelajari ruang lingkup persoalannya dan memahami masalah-masalah teknisnya. Hal itu disampaikan Bobby Nasution langsung kepada general manager dan para manager BP TC-UGGp di Lapangan Bebas Parapat, Simalungun, Kamis 17 April 2025yang lalu.
Gubernur Sumatera Utara berjanji akan menerima audiensi Badan Pengelola Toba Caldera UNESCO Global Geopark untuk mendengarkan progres kerja, sekaligus membicarakan langkah-langkah teknis, dan kebijakan yang diperlukan dalam proses revalidasi UNESCO yang akan dilaksanakan sekitar Juni 2025.
GM Kurang Mengerti Menterjemahkan Instrusi Gubernur Sumatera Utara
Sejatinya sebelum tim BP TCUGGp langsung ke lapangan melakukan kunjungan lapangan 16 geosite,” pada tanggal 5 Mei 2025 dan selalu tampil di media, The First think first yang harus dilakukan GM Badan Pengelola Geopark adalah menghadap Gubernur dan punya kemampuan untuk meyakinkan Gubernur dan punya Kerangka Kerja menjadi solusi persoalan yang dihadapi, karena setelah pengelola Geopark Toba dikukuhkan belum pernah diterima (soan) baik oleh Pejabat Gubernur Sumatera Utara maupun Gubernur Sumut periode 2025-2029, kelihatannya lebih banyak melakukan konprensi pers dan pencitraan termasuk dengan mengangkat 100 pakar.
Pengelolaan geopark adalah bottom up (mendengar suara masyarakat lokal) dan pimpinan Geopark sesuai pradigmanya sosok berjiwa pergerakan juga bukan bergaya politisi. Seharusnya BP TC UGGp terlebih dahulu punya perencanaan yang matang meliputi :
- Identifikasi masalah yang dihadapi dan analisis penyebabnya kartu kuning.
- Tentukan tujuan dan sasaran jangka pendek, menengah yang ingin dicapai dalam menyelesaikan masalah termasuk Master Plan yang formal dan peta geologi.
- Kembangkan strategi dan intervensi yang tepat untuk menyelesaikan masalah.
- Mengimplementasikan strategi dan intervensi, serta monitor kemajuan dan hasilnya.
- Evaluasi hasil dan dampak dari strategi dan intervensi, serta lakukan penyesuaian jika diperlukan.
Gubernur Duduk Satu Meja Dengan Tujuh Bupati Se Kawasan Danau Toba .
GM Geopark seharusnya terlebih dahulu datang bersilaturahmi menghadap Gubernur, dan selanjutnya Gubernur memimpin rapat koordinasi dengan tujuh Bupati se Kawasan Danau Toba. Tentunya terlebih dahulu GM mempersiapkan bahan dan mampu meyakinkan bahwa program kegiatan masuk akal Gubernur Sumatera Utara dengan membuat kerangka kerja yang matang dalam melaksanakan rekomendasi UNESCO untuk merebut Green Card..
Lebih lanjut dirinci dan menetapkan solusi yang tepat untuk mengatasi persoalan pokok yang dihadapi Geopar Toba yakni bagaimana merobah kartu kuning menjadi kartu hijau, maka ditetapkan Crash Program Toba Caldera Unesco Global Geopark sehingga dengan kewenangan Gubernur dan penguasaan persoalan serta teknis yang juga sudah diketahui oleh Gubernur, maka dapat diintegrasikan ke dalam Rencana kerja Proivinsi SUMUT dan 7 Kabupaten se Kawasan Danau Toba untuk dimasukkan pada tahun anggaran 2025, kemudian dioperasionalkan ke Rencana Kerja tahunan 2025 masing-masing Organisasi Perangkat Daerah terkait, dan sekaligus sdijadikan ebagai acuan pelaksanaan kegiatan semua Pemangku Kepentingan (Penta Helix).
Akhirnya secara bersama ditetapkanlah SIABIDIBA-ME yakni siapa melakukan apa, bilamana harus dikerjaakan dan dimana Lokasi geosite yang akan dikerjakan, bagaimana sumberdaya melakukaannya, dan mengapa harus dilakukan dalam kaitannya melaksanakan rekomendasi UNESCO juli 2024
Geopark Toba Membutuhkan Geoscientist Dan Ahli Perencana Wilayah Bukan 100 Pakar
Menurut informasi GM pada bulan Juni 2025 proses revalidasi tim asesor UNESCO Global Geopark akan dilakukan Prof Dr Xiaochi Jin (Tiongkok) dan Soojae Lee Ph.D (Korea Selatan), dan mereka juga yang melakukan revalidasi September 2023 yang lalu, tentunya pengelola Geopark harus lebih siap dan hati-hati menghadapinya karena mereka sudah tahu keadaan sebelumnya dan akan mereka perbandingkan keadaan sekarang, apakah terjadi perobahan yang significant?.
Pada tahun 2023 dilakukan revalidasi Soojae Lee Ph.D mengejar pengelola tentang apakah Geoscientist hadir setiap hari dilapangan untuk melayani pertanyaan pengunjung Geopark Toba khusus keperluan edukasi dan penelitian, dan semua panel diperhatikan dan dipertanyakan substansinya dan bahasa serta tampilannya, termasuk juga tentang kemitraan Geopark dengan masyarakat lokal ikut dipertanyakan apa dampaknya kepada kehidupan masyarakat dan perawatan warisan geologi, beliau tahu apa yang termasuk ranah geopark dan yang bukan geopark, karena selama ini pengelola Geopark Toba sangat menonjolkan destinasi industri pariwisata yang akhir-akhir ini sangat marakdan viral di Kawasan Danau Toba, bukan warisan vulkano Toba yang ditonjolkan.
Kemitraan dengan pihak ketiga juga sangat menjadi perhatian asesor, Geopark Toba pada umumnya masih kebanyakan melakukan kemitraan masih sebatas di atas kertas, baru beberapa hari menyambut kedatangan asesor pengelola sibuk tempeli stiker kemitraan di hotel dan restoran serta ditempat public yang mungkin dilihat atau dilalui asesor.
Dan Prof Dr Xiaochi Jin adalah pendiam baru pada waktu ekspose hasil revalidasi yang sudah dikompilasi di lapangan dipertanyakan lebih tajam dan diperikasa kesesuaian antara dokumen dosir dengan bukti-bukti lapangan, termasuk peta tematik geologi yang menggamparkan Geopark Toba.
Tentunya Geopark Toba harus tetap punya seorang Geoscientist atau ilmuwan mumpuni menguasai EOPARK TOBA tentang ilmu kebumian yang aktif berperan di tapak dan berdiam di Geopark Toba dan memahami cara mengelola sumber daya alam, lingkungan, dan risiko bencana, secara khusus menguasai proses-proses yang terjadi di Toba termasuk pembentukan gunung API
Toba dan Letusan Dasyat Gunung Api Toba, Sehingga terjadi Kawasan Danau Toba.
Tentang Pakar, Penulis mengingat kembali pada awal setelah Geopark gagal di terima menjadi Unesco Global Geopark di Jepang pada tahun 2015, karena belum memenuhi berbagai persyaratan. Proses untuk memenuhi persyaratan Unesco kemudian oleh Gubernur Sumatera Utara diterbitkan Keputusan Gubernur Sumatera Utara No.158.44/5/Kpts/2016 Tentang Badan Pelaksana dan Kelompok Pakar.
Penulis juga termasuk pernah diangkat sebagai salah satu anggota kelompok pakar Geopark Toba pada watu itu, tetapi menurut pengalaman menunjukkan pakar tidak banyak berbuat pada untuk melaksanakan 5 Rekomendasi Unesco tersebut disamping karena Geopark bukan bidang keahlian yang ditekuninya dan juga fasilitas tidak tersedia baik kantor maupun dukungan anggaran untuk geopark juga tak jelas. Oleh karena itu berlanjut lagi pada tahun 2017 Pengelola Geopark Toba gagal lagi memasukkan dosir ke Unesco walaupun ada kelompok pakar yang lumayan banyaknya, sehingga pada tahun 2018 kebali menerima 9 Rekomendasi UNESCO dari Mote Carlo Italy.
Dan untuk menyikapi kegagalan demi kegagalan ini pada tahun 2017 Gubernur membentuk Badan Pengelola Percepatan Geopark Kaldera Toba menuju Unesco langsung dibawah pimpinan langsung Wakil Gubernur Sumatera Utara, satu tahun kemudian dibentuk lagi kelembagaan BP Geopark yang dipimpin oleh seorang GM dan didalamnya penulis diangkat sebagai komisi Edukasi, sehingga geopark Toba mulai menggeliat dan bangun dari tidurnya.
Geopark Toba mulai dari inspiring hingga menjadi UGGp mempunyai masalah yang rumit dan kompleksnya termasuk tak punya Master Plan yang punya legalitas dan persyaratan yang kurang sesuai standar Unesco di Geosite maka mengundang campur tangan langsung Menteri Pariwisata dan Istana pada tahun 2019 untuk ikut melengkapi dosir dan baru berhasil dimasukkan ke Unesco, maka pada tanggal 10 Juli 2020 berhasil menjadi Toba Caldera Unesco Global Geopark, itu pun masih dengan peringatan untuk melakukan 6 Rekomendasi. Kemuian tiga tahun kemudian 6 rekomendai tak dilaksanakan dengan sunguh-sungguh, maka diberi kartu kuning oleh Unesco.
Dan disamping Geoscientist dalam dosir dipersyaratkan Ahli Perencana Kewilayaan yang memiliki keahlian dalam merencanakan dan mengembangkan strategi melalui analisis data, identifikasi peluang dan tantangan, dan mengembangkan rencana yang efektif untuk mencapai tujuan Geopark Kaldera Toba, dan juga para manager dan GM berkedudukan di Kawasan Danau Toba tinggal hidup bersama masyarakat lokal di Tapak Geosite.
Tantangan Baru; Kepemimpinan Yang Lemah Dan Penempatan SDM Yang Kurang Sesuai
Meskipun sudah diakui menjadi Toba Caldera Unesco Global Geopark tahun 2020, masih menghadapi tantangan dalam pengelolaan yakni: kepemimpinan yang lemah dan penempatan SDM yang kurang sesuai dengan bidangnya sehingga tidak punya Master Plan dan Renjana Kerja yang punya kekuatan hukum berupa Peraturan Gubernur, dan anggaran tidak jelas.
Ketujuh Bupati sekawasan Danau Toba juga tidak pernah duduk disatu meja dipimpin oleh Gubernur untuk membicarakan pelaksanaan Pembangunan pariwisata berbasis Geopark yang sudah menjadi komitmen bersama dan kesepakatan tersebut sudah ditandatangani bersama di atas meterai tahun 2013. Dan akhirnya kinerja yang buruk berujung pada pemberian “kartu kuning” oleh UNESCO pada tahun 2024 karena tidak mampu memenuhi enam rekomendasi UNESCO 2020.
Waktu kedatangan asesor Unesco tinggal hitungan hari, masih mampukah GM yang tinggal jauh ratusan kilo meter dari Tapak Geosite Geopark Toba untuk membuat suatu rencana yang matang dan melaksanakan kegiatan melengkapi persyaratan yang belum lengkap dengan nyata terjadi di lapangan (In Place) seperti persyaratan UNESCO, juga akankah GM mendapat persetujuan dan didukung sepenuhnya oleh Gubernur Sumatera Utara dengan memimpin ketujuh Bupati dengan berbuat nyata terlihat dii Geosite seperti dijanjikan?
Geopark Salah Satu Solusi Untuk Merawat Kawasan Danau ToBa
Kalau tidak dilakukan pembangunan berbasis geopark di Kawasan Danau Toba sejarahlah yang akan bicara terhadap perjalanan Pembangunan Kawasan Danau Toba kelak, yang kalau dikutip pernyataan Pdt.Dr.Victor Tinambunan Ephorus HKBP Kawasan Danau Toba tidak berada dalam keadaan baik-baik saja karena punya masalah ekologis berupa kerusakan alam dan krisis sosial-ekologis, sekaligus, juga Ephorus mengingatkan bahwa kerusakan alam di Tano Batak bukan lagi sekadar ancaman, tetapi sudah menjadi kenyataan pahit. Oleh karena itu Pembangunan berbasis geopark menjadi salah satu harapan dalam merawat untuk bersama-sama menjaga lingkungan dan menciptakan masa depan yang berkelanjutan, untuk itu diperlukan kehadiran dan sentuhan Gubernur Sumatera Utara.***
Oleh: Dr. Wilmar Eliaser Simandjorang, Dipl_Ec., M.Si (Penulis adalah Penggiat Lingkungan / Ketua Pusat Studi Geopark Indonesia)