BeritaHEADLINESumatera Utara

Gagal Merencanakan, Artinya Merencanakan Kegagalan: Toba Caldera Geopark di Persimpangan Jalan

×

Gagal Merencanakan, Artinya Merencanakan Kegagalan: Toba Caldera Geopark di Persimpangan Jalan

Sebarkan artikel ini
Wilmar Eliaser Simandjorang.

Views: 155

SAMOSIR, JAPOS.CO – Pepatah terkenal dari Benjamin Franklin, “If you fail to plan, you are planning to fail” atau “Jika Anda gagal merencanakan, maka Anda sedang merencanakan kegagalan” kini menjadi peringatan serius bagi Badan Pengelola Toba Caldera UNESCO Global Geopark (TCUGGp). Ungkapan ini bukan sekadar kutipan motivasi, melainkan panggilan keras untuk introspeksi dan reformasi manajemen di tubuh pengelola Geopark Kaldera Toba, menjelang evaluasi penting UNESCO pada akhir 2025.

Bidang Perencanaan, Penelitian, dan Pengembangan (Research & Development/R&D) bukan sekadar pelengkap administratif dalam struktur pengelolaan Geopark. Ia adalah fondasi strategis dalam menciptakan keberlanjutan, efisiensi, dan inovasi. Ketiadaan arah yang jelas dalam Master Plan, lemahnya riset yang relevan, serta pengembangan yang tak berbasis data akan menjadi bumerang yang bukan hanya mencoreng reputasi internasional, tapi juga mengancam kerusakan warisan geologis, ekologis, dan budaya yang tak tergantikan.

R&D yang kuat berperan menetapkan prioritas pembangunan, mengidentifikasi risiko, dan menyusun solusi berbasis bukti ilmiah. Lebih dari itu, ia membangun kompetensi kelembagaan dan SDM pengelola yang sanggup menjawab tantangan jangka panjang.

Belajar dari yang Terbaik: Geopark Langkawi, Malaysia

Kisah sukses Geopark Langkawi di Malaysia bisa menjadi cermin yang sangat jernih. Di bawah kepemimpinan Dr. Maria Rodriguez, seorang geolog dengan spesialisasi dalam konservasi berkelanjutan, Geopark Langkawi bertransformasi menjadi salah satu Geopark terbaik di Asia. Ia tidak hanya berhasil mengembangkan strategic planning yang matang, tapi juga membangun ekosistem penelitian yang kolaboratif dengan pemangku kepentingan, masyarakat lokal, dan akademisi.

Dr. Rodriguez menunjukkan bahwa keberhasilan pengelolaan Geopark bukan hanya soal program, tapi soal kompetensi, integritas, dan kepemimpinan berbasis ilmu pengetahuan. Pertanyaannya: apakah Badan Pengelola Geopark Toba memiliki figur dan sistem yang sebanding?

Ancaman Nyata Jika Pengelolaan Tidak Dibenahi

Jika TCUGGp terus beroperasi tanpa perencanaan strategis dan profesionalisme, dampak destruktif tak bisa dihindarkan:

  1. Kerusakan Warisan Alam dan Budaya
    Tanpa perlindungan berbasis riset, geodiversitas, biodiversitas, dan kulturdiversitas Kaldera Toba rentan rusak permanen.

  2. Kehilangan Kepercayaan Stakeholders
    Ketidakefektifan pengelolaan akan memutus kepercayaan masyarakat, pemerintah, akademisi, dan dunia internasional.

  3. Gagalnya Konservasi dan Pembangunan Berkelanjutan
    Program konservasi yang lemah akan menjadikan Geopark hanya slogan kosong, tanpa manfaat nyata bagi masyarakat.

  4. Perekonomian Lokal Terpuruk
    Potensi ekonomi kawasan Danau Toba yang digadang-gadang sebagai super priority destination akan stagnan jika Geopark gagal dikelola dengan baik.

  5. Citra Toba di Mata Dunia Tercoreng
    Kegagalan meraih Green Card UNESCO akan memukul pariwisata dan menghapus peluang promosi internasional.

UNESCO telah memberikan berbagai catatan dan peringatan sejak 2015 hingga 2024. Jika peringatan ini tidak segera ditindaklanjuti melalui perencanaan aksi nyata, maka kehilangan status Geopark bukanlah kemungkinan, tapi keniscayaan. Dibutuhkan roadmap yang konkret, tim kerja profesional, pendanaan yang memadai, serta sinergi lintas pemerintahan – dari pusat hingga desa.

Badan Pengelola Geopark Toba tidak bisa lagi hanya berpuas diri dengan label internasional tanpa kerja nyata. Reformasi total dibutuhkan di bidang perencanaan, riset, dan pengembangan. Ini bukan sekadar untuk mempertahankan Green Card, tapi untuk memastikan bahwa generasi mendatang masih dapat menikmati warisan Kaldera Toba yang megah dan penuh potensi.

Jika kita terus gagal merencanakan, maka kita benar-benar sedang merencanakan kegagalan. Dan kegagalan itu akan dibayar mahal – oleh alam, oleh masyarakat, dan oleh reputasi bangsa.***

Oleh: Dr. Wilmar Eliaser Simandjorang, Dipl_Ec., M.Si (Penulis adalah Penggiat Lingkungan / Ketua Pusat Studi Geopark Indonesia)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *