Views: 182
KOTA PEKALONGAN, JAPOS.CO – Pemerintah Kota Pekalongan menggelar kegiatan Istigosah Kubro, Khotmil Qur’an, dan Doa Bersama dalam rangka memperingati Hari Jadi ke-119 Kota Pekalongan tahun 2025. Acara yang dilaksanakan di halaman Kantor Sekretariat Daerah Kota Pekalongan, Rabu (9/4/2025) tersebut berlangsung khidmat dan dihadiri oleh Walikota Pekalongan, HA Afzan Arslan Djunaid, Wakil Walikota Pekalongan, Hj Balgis Diab, Ketua DPRD Kota Pekalongan, Mohamad Azmi Basyir, Dandim 0710/Pekalongan Letkol Inf Rizky Aditya, Ketua TP PKK Kota Pekalongan, Inggit Soraya, kepala OPD, tokoh agama, serta tamu undangan lainnya.
Walikota Pekalongan yang akrab disapa mas Aaf, menyampaikan bahwa peringatan hari jadi tahun ini menjadi momentum untuk melakukan refleksi bersama terhadap perjalanan panjang Kota Pekalongan. “Kota Pekalongan telah berusia 119 tahun, sebuah usia yang mencerminkan kematangan. Namun, selama rentang waktu tersebut, kita juga menghadapi berbagai dinamika, tantangan, dan permasalahan yang kompleks,” terangnya.
Ia menjelaskan bahwa meskipun berbagai persoalan telah berhasil diselesaikan satu per satu, secara keseluruhan tantangan pembangunan tidak dapat diselesaikan dalam satu periode pemerintahan. “Tidak mungkin semua selesai dalam satu masa kepemimpinan. Setiap masalah yang selesai akan muncul tantangan baru. Namun, dengan kolaborasi dan kebersamaan, kami yakin semua permasalahan dapat diminimalisir dan diatasi secara bertahap,” tegasnya.
Ia mencontohkan beberapa kegiatan khas Kota Pekalongan seperti Festival Balon Tambat dan Tradisi Lopis Raksasa dalam rangkaian Syawalan, sebagai simbol kuatnya nilai gotong royong dan sinergi masyarakat. “Festival balon bukan sekadar acara hiburan, tetapi prosesnya dari pembuatan hingga peluncuran sampai melibatkan banyak pihak. Begitu pula dengan pembuatan lopis raksasa setinggi 2,35 meter dengan berat 2 ton oleh masyarakat Krapyak. Semua tidak mungkin dilakukan tanpa kolaborasi dan kerja sama,” sambungnya.
Dalam kesempatan tersebut, ia juga menyoroti beberapa isu strategis, salah satunya adalah pengelolaan sampah. Ia mengakui bahwa perubahan sistem pengelolaan sampah memang tidak mudah, terutama di masa transisi. Namun, perubahan ini sangat diperlukan. “Setiap orang menghasilkan rata-rata 0,4 kilogram sampah per hari. Bukan artinya kita melimpahkan atau membebankan kepada masyarakat, tetapi partisipasi aktif dari mereka sangat penting, kalau tidak ada keterlibatan dari masyarakat, masalahnya akan semakin berat jika semua dibebankan kepada pemerintah,” katanya.
Ia juga mengulas peristiwa banjir akibat jebolnya tanggul di Jeruksari, Kabupaten Pekalongan, yang berdampak pada sejumlah wilayah di Kota Pekalongan seperti Kramatsari dan Pasirsari. Penanganan cepat dilakukan melalui kerja sama antara masyarakat, DPUPR, BPBD, TNI, dan Polri juga instansi lain. “Peristiwa ini sekali lagi menunjukkan bahwa sinergi lintas sektor sangat penting dalam menghadapi kondisi darurat dan persoalan masyarakat,” imbuhnya.
Terkait tidak adanya seremoni besar dalam peringatan Hari Jadi ke-119, mas Aaf menjelaskan bahwa hal tersebut merupakan bagian dari penyesuaian dengan arahan Presiden untuk meniadakan acara seremonial, dan juga bertepatan dengan momen libur Hari Raya Idul Fitri. “Kami memilih perayaan yang sederhana namun bermakna, dengan menggelar istigosah, khataman Al-Qur’an, rapat paripurna, serta ziarah ke makam para Walikota terdahulu yang ada di Kota Pekalongan sebagai bentuk penghormatan dan refleksi bersama,” jelasnya.
Lebih lanjut, ia menegaskan bahwa Pemerintah Kota Pekalongan akan terus berupaya semaksimal mungkin dalam menyelesaikan berbagai tantangan kota, dengan mengedepankan prinsip kolaborasi bersama seluruh elemen masyarakat. “Kami tidak berjanji menyelesaikan semua persoalan, namun kami berkomitmen untuk terus bergerak, melobi pemerintah pusat dan provinsi, serta menjalin sinergi dengan berbagai pihak demi mewujudkan Kota Pekalongan yang lebih baik,” pungkasnya.(sofi)