Views: 168
KOTA PEKALONGAN, JAPOS.CO – Kota Pekalongan merupakan sebuah kota di pesisir pantai utara Provinsi Jawa Tengah. Ada sebuah tradisi Syawalan di Pekalongan yang menarik untuk diketahui.
Masyarakat Kota Pekalongan, khususnya di daerah Krapyak memiliki tradisi Syawalan di Pekalongan yang unik yakni tradisi Lopisan atau Lopis Raksasa.
Tradisi ini diselenggarakan pada tanggal 8 Syawal, atau seminggu setelah jatuhnya Hari Raya Idulfitri.
Syawalan menjadi kebudayaan yang dipegang oleh masyarakat Kota Pekalongan.
Kebudayaan ini pada dasarnya berfungsi sebagai sarana komunikasi yang digunakan untuk memanggil teman atau anggota keluarga yang berada di tempat yang jauh.
Tradisi ini awalnya diadakan secara sederhana di masjid-masjid oleh warga, khususnya di Desa Krapyak tepat setelah menjalankan puasa Syawal selama 6 hari setelah hari raya Idulfitri.
Tradisi ini bermanfaat dalam memperkuat silaturahmi dan persatuan dalam masyarakat.
Nilai solidaritas sosial yang terkandung dalam tradisi ini tercermin dalam keharmonisan antar umat beragama dalam menciptakan tatanan masyarakat yang harmonis.
Tradisi Syawalan ini juga membangun kebersamaan sesama warga, khususnya di
Pekalongan rukun satu sama lain serta menjaga silaturahmi yang mencerminkan rasa persatuan dan kesatuan antara warga setempat dengan warga lain diluar Pekalongan.
Tradisi Syawalan di Pekalongan sudah menjadi kebiasaan masyarakat sebelumnya, maka tradisi tersebut turun-temurun di kalangan masyarakat Jawa. Hal ini menggambarkan hubungan yang sudah erat antara budaya dan agama.
Tradisi Syawalan di Pekalongan telah berlangsung sejak era penjajahan Belanda dan diperkirakan bermula pada tahun 1855 M.
Tradisi ini dipelopori oleh KH. Abdullah Sirodj, yang menurut silsilahnya merupakan keturunan Bahurekso, tokoh legendaris dalam sejarah Babad Pekalongan.
Tradisi Syawalan di Kota Pekalongan tidak hanya menjadi momen kebersamaan dan silaturahmi, tetapi juga berkah tersendiri bagi para pedagang lopis, jajanan khas yang identik dengan perayaan Lebaran Syawal.
Sejak H+1 Idulfitri 1446 Hijriyah/2025 Masehi para pedagang lopis mulai menjajakan dagangannya di berbagai sudut kota, seperti di Kawasan Jetayu, Jalan Agus Salim, dan Jalan Seruni.
Mereka bersiap menyambut lonjakan pembeli yang biasanya memuncak saat puncak perayaan Syawalan atau di hari ketujuh setelah Idul Fitri.
Lopis, yang terbuat dari ketan putih dan dibalut parutan kelapa serta siraman gula aren cair, menjadi salah satu kuliner tradisional yang paling diburu masyarakat lokal maupun pemudik.
Rasanya yang legit dan teksturnya yang kenyal membuat makanan ini tak pernah absen dari tradisi Syawalan masyarakat Pekalongan.
Syawalan bukan sekadar perayaan pasca-Ramadhan, tetapi momentum kebangkitan ekonomi kerakyatan yang lahir dari semangat menjaga warisan budaya.
Nah itu dia penjelasan tentang tradisi Syawalan di Pekalongan dan manfaatnya untuk masyarakat. Tradisi ini telah menjadi adat dan budaya khas Pekalongan.(sofi)