Views: 764
KAMPAR, JAPOS.CO – Bantuan Ketapang di sejumlah Desa Tapung Raya yang dibagikan kepada masyarakat, berupa hewani yakni ayam kuat dugaan di mark-up oleh pemasok.
Pasalnya, program ketahanan pangan hewani berupa ayam yang dibelanjakan pihak Desa ,terkesan sangat jauh dari besaran anggaran yang disusun didalam rencana anggaran belanja (RAB)sebesar Rp 80.000/ekor ayam, bukan mengembalikan justru membaginya kepada masyarakat.
Selain markup, penyediaan penyelenggaraan bantuan Ketapang juga diduga monopoli.
Sebagaimana berdasarkan penelusuran Japos Co disejumlah Desa, diduga nama pemasok Ketapang berupa hewani (ayam)seDesa Tapung Raya yakni bernama Farhan (PT Riau Naga Perkasa ) banyak disebut menguasai Desa -Desa.
Hal itupun diakui oleh pemilik PT Riau Naga Perkasa (pemasok ayam )khususnya Kecamatan Tapung Hilir. “Kebanyakan saya yang ngisi tu pak,” jawab Farhan lewat percakapan aplikasi WhatsApp.
Awalnya, Farhan menghubungi nomor kontak Japos Co dirinya mengaku bernama Farhan merupakan penyedia Ketapang yang banyak di temukan.
“Iya karna saya banyak masukkan ayam ke desa juga mungkin itu,” akunnya menanggapi pemberitaan sebelumnya.
Namun, saat dihubungi nomor kontak Farhan kembali terkesan tidak bersedia menjawab meski kondisi aktif.
Sebelumnya diberitakan, pengakuan masyarakat pihaknya menerima rata 4ekor ayam beratnya berpariasi 1,2kg,8ons bahkan ada 6ons/ekornya.
Tak hanya pengakuan masyarakat, pantauan Japos Co di Desa lain, 4/10/24,ayam yang dibagikan sebanyak 800 ekor bobotnya berpariasi yakni 1,2ons,8ons hingga 6ons/ekornya.
Padahal,sesuai harga ayam kampung dipasaran 45 ribu/kg, seharusnya masyarakat dapat menerima 1,5kg lebih/ekor ayam.
“Pihak desa bilang ayam yang diberikan kepada warga timbangannya ada mencapai 1,2kg per ekornya. Namun lebih banyak ayam yang diterima warga dibawah satu kilo hingga enam ons beratnya,” ujar sumber.
Sementara warga lainnya menuturkan bantuan ayam kampung tersebut terkesan lebih banyak anak ayam yang masih kecil-kecil sehingga setelah diterima warga harus pelihara lagi.
“Menanggapi hal itu, salah satu Kades Tapung Raya (Tapung Hulu) menyampaikan bobot ayam kampung yang kita bagikan kepada warga memang tidak merata secara keseluruhan. Ada diatas 1 kg, satu kilo dua ons paling tinggi.8ons 7 ons, hingga 6 ons . Namanya juga ayam banyak satu kandang,timbangannya gak bisa sama semua,” jelasnya (20/11/24).
Pada kesempatan itu,Kades tersebut mengakui nama pemasok Ketapang ke wilayah Desanya bernama Farhan.Namun, pihaknya terkesan merahasiakan dari mana pihaknya belanja Ketapang.Sama halnya dengan Desa lain.
Sejumlah Kades memberikan pengakuan sama saat dikonfirmasi dengan keadaan terpisah, bahwa pihaknya belanja ayam dengan harga perekor bukan perkg.
“Kami beli, belinya itu perekor bukan perkg,” sebutnya.
Ironisnya, meskipun pihak Desa mengetahui membelanjakan ayam tidak sesuai dengan RAB sebesar Rp 80.000/ekor ayam,bukan mengembalikan tapi justru menerimanya.Ada apa?
Sehingga warga menuding pihak desa dengan pemasok ayam terkesan bersekongkol. “Ayam yang masih kecil-kecil gak mungkin pembeliannya mencapai 100%. Palingan hanya berkisar 50% saja ,dari keseluruhan harga atau kuota ayam kampung pada setiap desa,” cetusnya.(Dh)