Scroll untuk baca artikel
BeritaHEADLINEJAWAJawa Tengah

39 Ribu Pesantren di Indonesia Memiliki Potensi Pengembangan Ekonomi  perlunya Untuk Diberdayakan

×

39 Ribu Pesantren di Indonesia Memiliki Potensi Pengembangan Ekonomi  perlunya Untuk Diberdayakan

Sebarkan artikel ini

Views: 72

KAJEN, JAPOS.CO – Harian Jaya Pos.Seminar Nasional bertema “Akselerasi Keuangan Inklusif Terintegrasi Hulu Hilir melalui Hybrid Bisnis-Pemberdayaan Berbasis Koperasi dan Pondok Pesantren” berlangsung sukses di Hotel Grand Dian, Kecamatan Wiradesa, Kabupaten Pekalongan pada Rabu (25/10/2023).

Advertisement
scroll kebawah untuk lihat konten

Acara ini dihadiri oleh berbagai tokoh penting termasuk Sekretaris Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian, Susiwijono Moegiarso, para perwakilan dari Kementerian dan Lembaga, serta pejabat tinggi lainnya. Turut hadir pula, Bupati Pekalongan diwakili Sekda Kabupaten Pekalongan, M. Yulian Akbar, Para Kepala OPD, serta tamu undangan lainnya yang merupakan perwakilan dari berbagai instansi tingkat Provinsi di Indonesia dan juga perwakilan dari Kabupaten/kota di Jawa Tengah.

Dalam acara tersebut, juga dilakukan penandatanganan Prasasti Sekolah Tanpa Sekat (STS) berbasis pondok pesantren, SMK Pariwisata, dan UMKM Halal Go Export. Selain itu, juga dilakukan penandatanganan beras SUN3, kopi SUN3, dan Gerai Ginger Mania Santri.

Sekretaris Daerah (Sekda) Kabupaten Pekalongan, M. Yulian Akbar, mengungkapkan bahwa Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Pekalongan menyambut baik adanya seminar tersebut karena membahas mengenai percepatan inklusi keuangan, yang mana di Kabupaten Pekalongan sendiri terdapat berbagai potensi yang selaras dengan hal tersebut.

Dikatakan bahwa Kabupaten Pekalongan memiliki industri-industri potensial seperti pengolahan, pertanian dan perdagangan. Selain itu Kabupaten Pekalongan juga memiliki banyak UMKM dan Ponpes, “Kabupaten Pekalongan memiliki PDRB terbesar di sektor industri pengolahan, kontribusinya sekitar 33%. Sektor pertanian berada di angka sekitar 19%, sementara perdagangan berkontribusi sekitar 17%,” ujarnya.

“Data terakhir juga menunjukkan bahwa terdapat sekitar 73 ribu UMKM, 108 pondok pesantren, dan ribuan santri. Selain itu, ada 150 koperasi yang aktif. Ini merupakan potensi luar biasa bagi kami,” tambahnya.

Sekda menegaskan bahwa Kabupaten Pekalongan terus berupaya untuk membenahi dan mengembangkan diri, terutama dalam konteks pembangunan ekonomi, “Kami punya mimpi bagaimana perekonomian di Kabupaten Pekalongan bisa berjalan dengan baik. Bagaimana mendorong pertumbuhan ekonomi di Kabupaten Pekalongan. tidak memelulu investasi. Tapi kami akan menciptakan pusat-pusat pertumbuhan ekonomi,” tegasnya.

Sekretaris Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian, Susiwijono Moegiarso, SE ME dalam sambutannya, menyoroti potensi luar biasa Indonesia sebagai negara dengan populasi Muslim terbesar di dunia, terutama dalam sektor ekonomi dan keuangan syariah. Ia menjelaskan bahwa berdasarkan Islamic Finance Company Index, Indonesia berhasil meraih peringkat pertama. Selain itu, ia meramalkan pertumbuhan industri keuangan syariah akan terus berkembang lebih cepat dan stabil ke depan.

Susiwijono menekankan bahwa potensi ini didukung oleh lebih dari 39 ribu pesantren dan lebih dari 4,8 juta santri di Indonesia. Lebih dari 12 ribu pesantren, atau hampir 40%, memiliki potensi yang sangat baik, terutama di sektor pertanian, peternakan, perikanan, dan usaha mikro kecil.

Lebih lanjut, ia menjelaskan bahwa pesantren juga memiliki peran yang signifikan dalam mendukung strategi nasional keuangan inklusif, sesuai dengan tema acara pada hari itu, yaitu pengembangan ekonomi berbasis pesantren.

Susiwijono menyadari bahwa dalam era digitalisasi seperti saat ini, santri memiliki peran penting dalam mendorong digitalisasi di sektor ekonomi. Pengembangan keterampilan digital diharapkan dapat memberikan kontribusi signifikan hingga 16% terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia. Oleh karena itu, di era digital, sosial media, dan teknologi, ia mendorong semua santri untuk meningkatkan kemampuan dan literasi di bidang ekonomi digital.

Sekretaris JATMAN, Dr KH Mashudi MAg, menekankan bahwa peran santri dalam masyarakat tidak terbatas pada aspek agama, seperti memahami iman, Islam, dan akhlak. Santri juga diharapkan untuk menjadi individu yang pandai, memiliki keterampilan di bidang IT, serta memiliki kreativitas dan jiwa wirausaha.

“Santri, bukan saja orang yang mendalami tiga trinya, iman, islam, ihsanya. Tetapi mereka diharapkan sosok yang memberikan manfaat, maslahat, barokah disekelilingnya, “ ujarnya.

Ia menjelaskan bahwa santri bukan hanya orang yang menghafal tasbih, melainkan sosok yang aktif dalam mengubah daerah sekitarnya menjadi tempat yang aman dan berkembang ekonominya. Ia memahami bahwa hubungan antara santri, kyai (pengajar di pesantren), dan masyarakat sekitar adalah saling terkait dan tidak dapat dipisahkan.

Demikian, Mashudi berpendapat bahwa santri memiliki konsep yang jelas tentang bagaimana mengembangkan dan memanfaatkan potensi ekonominya untuk kesejahteraan masyarakat.*Tim Prokompim Setda Kabupaten Pekalongan. (Sofi)

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *