Scroll untuk baca artikel
BeritaHEADLINEJAWAJawa Barat

Berkeluarga Tak Boleh Coba-Coba

×

Berkeluarga Tak Boleh Coba-Coba

Sebarkan artikel ini

Views: 133

CIREBON, JAPOS.CO – Berumah tangga atau berkeluarga itu tidak boleh coba-coba, karena segala sesuatu dimulai dari keluarga. “Untuk mendapatkan anak yang sehat dan berkualitas tentu harus dilakukan secara benar saat memberikan makanan bergizi serta mendapatkan pengasuhan secara benar pula,” kata Anggota Komisi IX DPR RI, Dr. Hj. Netty Prasetiyani Heryawan saat sosialisasi KIE Program Penurunan Stunting di wilayah khusus bersama BKKBN Provinsi Jawa Barat (Jabar) di Gedung PGRI Palimanan, Kabupaten Cirebon, Kamis, (12/10).

Advertisement
scroll kebawah untuk lihat konten

Turut hadir dan sebagai pembicara dalam acara tersebut, Ketua Tim Kerja Integrasi Kebijakan Pengendalian Penduduk BKKBN Jabar, Mia Wadini, Kasi Advokasi Dinas Pengendalian Penduduk, Keluarga Berencana, Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (DPPKBP3A) Kabupaten, Hj Yati.

Hj. Netty menyebut ada empat syarat untuk membangun keluarga yang berkualitas. Pertama, niat dan tujuan berkeluarganya harus jelas. “Niat untuk beribadah, sebab jika tidak diniati untuk beribadah baru satu tahun berumah tangga sudah banyak masalah, lalu berujung pada perceraian,” ujarnya.

Kemudian kedua, harus punya persiapan dan perencanaan. Untuk perempuan nikah minimal harus berusia 21 tahun dan lai-laki setidaknya 25 tahun. “Kenapa, supaya lulus sekolah SMA/SMK atau sederajat terlebih dahulu, jangan nikah muda. Selanjutnya, yang ketiga, berumah tangga itu perlu ketahanan keluarga. Apabila tidak ada ketahanan, banyak sekali perselisihan dan kasus kekerasan baik yang dilakukan suami maupun istri. Sering terjadi pertengkaran dalam keluarga, seorang bapak menyundut anaknya dengan rokok, ibu kandung membunuh anaknya sendiri dan banyak kasus lainnya, itu karena tidak adanya ketahanan keluarga. Ketahanan keluarga harus dibangun dengan agama. Dengan berpegang teguh kepada ajaran agama, istri atau suami saling menyayangi, saling menghargai, melakukan kewajiban dan haknya dengan baik, berperilaku terpuji dan lainnya,” tutur Hj. Netty.

Berikutnya, sambung Hj. Netty yang tak kalah penting keempat adalah melakukan pengasuhan yang benar dan tepat. Salah satu contoh lahirnya bayi laki-laki, tetapi sudah besar berperilaku seperti perempuan dan sebaliknya, bahkan ada yang suka sesama jenis. “Itu karena pola asuh yang tidak tepat. Kita harus berusaha keras untuk membuat anak-anak sehat dan waras pikirannya. Apabila melakukan keempat syarat berumah tangga tersebut Insya Alloh tidak ketemu stunting atau gagal tumbuh akibat kekurangan gizi dalam waktu yang panjang. Apabila keluarga tidak berkualitas, kelak akan melahirkan anak-anak stunting, tidak sehat, sakit-sakitan dan tingkat kecerdasannya sangat rendah. Jika SDM rendah, akan kalah bersaing dengan orang lain, “ paparnya.

Sementara dari BKKBN Jabar, Mia Wadini menyampaikan permasalahan kependudukan, sehingga membangun keluarga berketahanan merupakan hal yang sangat penting. “Indonesia saat ini penduduknya sudah terbesar keempat di dunia, setelah India, China dan Amerika Serikat. Dari sensus penduduk terkini Indonesia sudah dihuni 277.148.717 jiwa. Sedangkan dari sisi kecerdasan atau IQ, penduduk Indonesia menempati urutan ke-130, jauh lebih tertinggal oleh negara-negara lainnya, khususnya di Asia,” terang Mia.

Menyinggung Kabupaten Cirebon, Mia mengakui angka stuntingnya masih terbilang tinggi yaitu 18,6 %, atau ada sekitar 107 ribu lebih anak stunting di Kabupaten Cirebon. “Perlu upaya untuk menurunkan dan mencegah stunting di wilayah ini,” pungkasnya. (Mamay)

 

 

 

 

 

 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *