Scroll untuk baca artikel
BeritaHEADLINEKALIMANTANKalimantan Selatan

Tuntut Plasma PT HMBP, Seorang Warga Seruyan Tewas

×

Tuntut Plasma PT HMBP, Seorang Warga Seruyan Tewas

Sebarkan artikel ini

Views: 163

PALANGKARAYA, JAPOS.CO – Suasana Desa Bangkal, Kecamatan Seruyan Raya, Kabupaten Seruyan, Kalimantan Tengah (Kalteng), mencekam, Sabtu (7/10/23) siang.

Advertisement
scroll kebawah untuk lihat konten

Aksi warga tuntut plasma ke perusahaan sawit, PT Hamparan Massawit Bangun Persada (HMBP), berujung tewasnya seorang warga, Gijik, dan dua lainnya luka-luka, diduga terkena terjangan peluru.

Beberapa video warga merekam kejadian sesaat setelah Gijik tertembak, beredar di media sosial. Dalam video tersebut terlihat sekelompok orang menggotong tubuh Gijik sembari berteriak-teriak meminta tolong. Ada juga video yang memperlihatkan bagian dada pria 35 tahun ini berlubang tertembus peluru.
Dilansir dari situs berita lingkungan Mongabay.

Hingga berita ini diturunkan, masih sulit memperoleh keterangan rinci dari warga Bangkal perihal insiden ini.

Yoga Adi Saputra, dari Aliansi Masyarakat Adat Nusantara (AMAN), mengatakan, penembakan Gijik berawal dari tembakan gas air mata polisi ke kumpulan massa. Yoga menghimpun informasi dari warga di Bangkal, sesaat setelah kejadian itu.

Menurut dia, setelah polisi menembakkan gas air mata, warga berhamburan. Awalnya, Gijik duduk-duduk saja dalam kerumunan aksi. Saat warga terkejut karena tembakan gas air mata, teman Gijik tertembak pahanya.

Dia bermaksud menolong temannya itu.

“Ketika ingin membantu dia yang langsung tertembak. Begitu informasi dari warga,” kata Yoga, melalui sambungan telepon.

James Watt, tokoh masyarakat Bangkal, yang aktif mengadvokasi warga mengatakan, kejadian berlangsung sekitar pukul 12.00 WIB.

Menurutnya aksi massa tersebut sudah berlangsung tiga minggu. Mereka menduduki lahan di luar hak guna usaha (HGU) yang bertahun-tahun digarap PT. HMBP seluas 1.175 hektar.

Dia mengatakan, selain Gijik, dua warga Bangkal lain terluka karena tembakan. Taufik Nurrahman (21), tertembak bagian pinggang. Lalu, Ambaryanto (53) luka di tangan dan kaki.

Saat ini, Taufik dirujuk ke rumah sakit di Palangka Raya dalam kondisi kritis. James juga menyebut, dalam mengaman aksi tersebut polisi menahan 20 warga Bangkal lainnya.

Terkait korban tertembak, Kombes Erlan Munaji Kabid Humas Polda Kalteng, mengatakan, masih akan pengecekan. Penyebab kematian korban meninggal akan diperiksa.

“Karena anggota di lapangan saat itu tidak dibekali peluru tajam,” kata Erlan, melalui panggilan WhatsApp, Sabtu malam.

Senada disampaikan AKBP Ampi Mesias Van Bulow, Kapolres Seruyan.

“Masih belum pasti. Ini masih kami telusuri. Apakah betul itu penembakan dengan senjata api, kami telusuri dulu. Tapi kalau yang namanya gas air mata itu pasti,” kata Ampi.

Keduanya juga mengatakan, polisi dan aparat gabungan menghadapi massa karena ada panen massal. Mereka sebut, masyarakat yang aksi panen ini adalah mereka yang tidak setuju dengan kesepakatan penyelesaian tuntutan plasma dengan HMBP.

Menurut Erlan, anak perusahaan Best Agro Internasional itu menyepakati akan memberikan plasma seluas 443 hektar. Alokasi plasma untuk masyarakat itu dari lahan seluas 1.175 hektar yang digarap HMBP di luar HGU.

Namun, Erlan dan Ampi beda keterangan soal jumlah massa. Erlan bilang sekitar seratusan. Ampi mengatakan massa sekitar 300-400 orang.

Menurut Ampi, massa datang dengan mobil pikap sekitar 40-50 dan sepeda motor 70-100 unit. Massa juga banyak ibu-ibu dan anak-anak. Polisi kemudian meminta warga tidak panen massal dan pulang tetapi tak menggubris permintaan itu.

“Malah kami ditembaki pakai ketapel, dilempari pakai batu,” kata Ampi.
“Kita imbau, mereka melakukan pembalasan, hingga terindikasi mengancam petugas. Akhirnya (kami) pakai gas air mata. Menggunakan peluru hampa. Peluru karet juga ada. Tapi tidak langsung ke orangnya. Kita (tembak) ke atas,” ucap Erlan.

Keduanya juga bilang, massa aksi membawa sejumlah senjata seperti, bom molotov, senjata api PVC, samurai, parang, dodos, dan egrek. “Baru kita ketahui dari hasil pemeriksaan tes urine, ada lima orang terindikasi narkoba,” kata Erlan.

Sementara itu, Kutut Wibowo, bagian legal perusahaan, yang di konfirmasi via WhatsApp tak merespon pertanyaan Mongabay. Terlihat pesan WhatsApp hanya dibaca saja. (Mandau)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *