Views: 161
BANJAR, JAPOS.CO – Antisipasi adanya madrasah dan pondok pesantren (ponpes) bodong, Kantor Kementerian Agama (Kemenag) Kota Banjar, gelar pelatihan digitalisasi yang diikuti oleh ratusan guru dari Madrasah Ibtidaiyah, Tsanawiyah, dan Aliyah baik negeri maupun swasta di pondok pesantren Al-Azhar Citangkolo, Kota Banjar.
Seluruh guru madrasah yang hadir diwajibkan mendaftar secara online dan membawa komputer jinjing atau laptop. Menurut Ahmad Rifa’i, kepala seksi pendidikan agama islam (Kasi Pendis), Kemenag Kota Banjar, pelatihan ini bertujuan agar semua proses belajar mengajar termasuk pengelolaan keuangan bisa tertib administrasi dan terpantau oleh publik.
Selain itu, pelatihan digitalisasi ini juga bertujuan meminimalisasi adanya madrasah dan pondok pesantren bodong. “Semua yang berkaitan dengan proses belajar mengajar di seluruh madrasah termasuk ponpes, kini bisa diakses oleh publik, selain itu digitalisasi ini juga untuk registrasi ulang serta mencegah adanya madrasah dan pondok pesantren yang bodong,” ucap Kasi Pendis, Ahmad Rifa’i kepada tim Jaya Pos, Jumat (15/7).
Ahmad Rifa’i menambahkan, registrasi ulang madrasah dan ponpes dilakukan agar aktivitas belajar mengajar di madrasah dan ponpes bisa terpantau langsung oleh orang tua melalui aplikasi yang disediakan oleh Kemenag pusat.
Bila madrasah dan ponpes tidak segera registrasi ulang melalui aplikasi online, legalitas lembaga bisa ditutup. “Banyak faktor disebut bodong di antaranya pengasuh ponpes yang sudah meninggal, jumlah santri yang berkurang dan di beberapa kasus terdapat plang ponpes namun sudah tidak ada aktivitas belajar mengajar di dalamnya,” tambah Ahmad Rifa’i.
Nantinya melalui aplikasi yang sudah disediakan Kemenag pusat tersebut, orang tua bisa langsung memantau aktivitas belajar anaknya di madrasah dan ponpes. Selain kehadiran siswa, administrasi keuangan siswa juga bisa diakses oleh orang tua.
Di Kota Banjar saat ini terdapat 89 madrasah Ibtidaiyah, Tsanawiyah, dan Aliyah, serta 40 lebih pondok pesantren. Seluruh tenaga pengajar dan pengasuh yang ikut pelatihan digitalisasi ini dibagi ke dalam tiga kelompok yakni kelompok operator yang bertugas verifikasi data siswa, kelompok bendahara yang bertugas pengaktifan keuangan digital, serta kelompok kepala sekolah yang bertugas untuk teknis kerja sama termasuk manajerial sekolah dan ponpes. “Digitalisasi madrasah ini diharapkan bisa meningkatkan mutu kualitas pendidikan dari segi pelayanan dan pembelajaran serta untuk meminimalisir data yang tidak valid menuju madrasah yang hebat, bermartabat, mandiri, dan berprestasi dengan mengedepankan akhlakul karimah,” pungkas Ahmad Rifa’i. (Mamay)