Views: 191
PONTIANAK, JAPOS.CO – Dinamika pencalonan Ketua Tanfidziah Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama (PWNU) Kalbar, termasuk Ketua PCNU di Kalimantan Barat menuding salah satu calon yang berbeda ideologi dan manhaj tidak sesuai Ahlu Sunnah Wal Jamaah (Aswaja) An-Nahdliyah.
Tudingan tanpa konfirmasi (tabayun) tersebut ditujukan langsung kepada Dr. Syarif yang dianggap betolak belakang dengan ideologi dan manhaj Aswaja An-Nahdliyah.
“Tudingan tersebut sangat terkesan politis dan tendensi dari calon yang diusungnya. Yang jelas, saya pernah mengikuti Pendidikan Kader Penggerak Nahdlatul Ulama (PKPNU) Fungsional bersama Rektor di Pondok Pesantren Dr Imam Syafii Bogor yang Ketua Pantianya Dr. Luthfi Rektor IAIN Purwokerto. Sedangkan Madrasah Kader Nahdlatul Ulama (MKNU) di Hotel Mahkota Pontianak 2017,” ujar Syarif yang sedang menjabat Rektor IAIN Pontianak itu pada Jumat, 1 Juli 2022.
Syarif pun menilai, Ketua PCNU yang menudingnya merupakan salah satu Instruktur PKPNU di Kalimantan Barat (Kalbar).
“Setidaknya, sebagai salah satu Instruktur PKPNU di Kalbar, jangan asal-asalan menilai kader NU. Padahal sama-sama telah mengikuti PKPNU.
Tudingan-tudingan semacam itu, lanjut Syarif, sangat tidak etis dan tidak sesuai tradisi yang dimiliki oleh Nahdlatul Ulama (NU). Pasalnya, tanpa tabayun terlebih dahulu, sudah menuding dan dipublis ke media.
“Pada tanggal 25 Juni kemarin sudah keluar surat imbaun dari Rais Aam PBNU KH. Miftachul Akhyar menegaskan agar para pengurus dapat mengedepankan budaya tabayun dalam kepengurusan sehingga marwah jamiyah NU dapat terjaga dengan baik,” ungkap Syarif.
Secara terpisah, H Ahmad Faruki terkait pernyataan salah satu Ketua PCNU yang menuding berbeda ideologi dengan kandidat PWNU Kalbar.
“Menurut saya pihak yang menuding terlalu emosional menuduh orang berbeda ideologi dan Aswaja An-Nahdliyah. Pilihan kita boleh beda tapi jangan sampai terjadi perpecahan apalagi memaksakan pilihannya. Mestinya, tabayun sebelum membuat pernyataan kalau perlu mengundang Dr. Syarif dengan menyiapkan forum diskusi, hal ini lebih elegan”.
“Saya mengetahui betul Dr. Syarif tidak diragukan ke-NU-annya, karena beliau pernah menjadi Sekertaris PCNU Kota Pontianak selama satu periode dan selama ini tidak pernah ada hal yang aneh dengan amaliyah-amaliyah NU,” kata Ketua PCNU Kota Pontianak Faruki.
Sedangkan, Ketua Tim Pemenangan M Nurdin mengatakan bahwa sangat menghargai perbedaan pendapat dan bahkan pilihan menjelang Konferensi Wilayah (Konferwil) PWNU Kalbar.
“Saya pernah bertemu dan diskusi panjang dengan pihak yang menuduh Dr. Syarif Manhaj Aswaja nya menyimpang. Saya anggap, pihak tersebut lebih mengedepankan tabayun dan saya pun pernah mengajak untuk bertemu secara langsung kepada pihak yang dituduh,” paparnya.
Dikatakan Nurdin, sebenarnya tuduhan tersebut sangat tidak releval saat ini.
“Karena Dr. Syarif sendiri pernah menjadi kader IPNU bahkan Sekretaris PCNU Kota Pontianak. Dan sekarang ia menjadi salah satu pengurus lembaga di PBNU Bidang Hukum,” jelasnya.
Untuk itu, Nurdin mengajak semua pihak yang berkepentingan di Konferwil PWNU Kalbar mengedepakan tradisi musyawarah mufakat, agar kegiatan tersebut bisa berjalan dengan lancar.
“Jadikan momentum Konferwil PWNU Kalbar ini sebagai silaturrahim para Nahdliyin dan dilaksanakan dengan riang gembira,” pungkasnya.(amsah)