Scroll untuk baca artikel
BeritaHEADLINEJAWAJawa Timur

Puluhan Warga Terjun ke Sungai Berebut Kepala Kerbau Pada Tradisi ‘Nyadran’ di Dam Bagong Trenggalek

×

Puluhan Warga Terjun ke Sungai Berebut Kepala Kerbau Pada Tradisi ‘Nyadran’ di Dam Bagong Trenggalek

Sebarkan artikel ini

Views: 123

TRENGGALEK, JAPOS.CO – Puluhan orang berdiri di tepi Dam Bagong, Kelurahan Ngantru, Kecamatan/ Kabupaten Trenggalek, Jatim, Jum’at (3/6/2022). Keberadaan mereka menanti berebut Kepala Kerbau.

Advertisement
scroll kebawah untuk lihat konten

Dalamnya dasar sungai seolah tidak menyiutkan nyali mereka untuk berebut Kepala Kerbau. Justru kondisi ini menggugah andrenalin mereka. Karena mereka memang ingin mencari keberkahan dari upacara adat Nyadran.

Selain itu, sesi berebut Kepala Kerbau dalam Nyadran juga menjadi salah satu tradisi yang memang paling dinanti bagi warga. “Yang seru, setelah Kepala Kerbau dan bagian tubuh yang lain dilempar ke sungai. Kemudian masyarakat berlomba-lomba mengambil di dalam sungai. Ini menjadi atraksi yang menarik, dalam tanda kutib untuk pariwisata,” ucap Bupati Trenggalek, Mochamad Nur Arifin saat hadir dalam kegiatan ini.

Jadi seluruh petani atau kelompok tani di sini bersedekah. Dan yang disedekahkan adalah Kerbau, sambungnya. “Nyadran ini sebenarnya bukan kemudian karena ada mistisnya atau apa-apa, tapi kita percaya kalau siapa yang bersyukur itu nanti nikmatnya ditambah,” sambung Bupati Trenggalek itu.

“Jadi ini sedekahnya para petani yang bersyukur karena Dam Bagong selalu mengairi sawah mereka. mengingat perjuangan dari Kanjeng Adipati Menak Sopal, yang dulu membangun dan Bagong ini sehingga bisa mengairi beberapa sawah sampai di Kecamatan Trenggalek, Pogalan dan beberapa tempat lainnya,” tutupnya.

Nyadran sendiri merupakan budaya kearifan lokal yang memang dilestarikan oleh masyarakat sekitar atau para petani yang sawahnya dialiri aliran sungai Dam Bagong.

Banyak kalangan mengaitkan acara adat ini dengan hal-hal berbau mistis dibalik cerita atau mitos berdirinya Dam Bagong yang dibangun oleh Adipati Menak Sopal kala itu.

Bahkan sampai ada yang mempercayai akan terjadi banjir besar bila upacara adat nyadran tidak dilaksanakan.  Mengenai mitos-mitos yang beredar, Bupati Arifin lebih memilih mengajak masyarakatnya untuk memaknai kegiatan ini sebagai wujud syukur para petani yang mendapatkan keberkahan dari aliran Dam Bagong. Karena dirinya yakin siapa yang bersyukur, maka nikmat mereka akan ditambah oleh Tuhan. (HWi)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *