Scroll untuk baca artikel
BANTENBeritaHEADLINEPandeglang

Akademisi Sambut Baik Penamaan Jembatan Aria Wangsakara oleh Gubernur Banten

×

Akademisi Sambut Baik Penamaan Jembatan Aria Wangsakara oleh Gubernur Banten

Sebarkan artikel ini

Views: 246

BANTEN, JAPOS.CO – Akademisi sekaligus peneliti sejarah Kesultanan Banten UIN Sultan Maulana Hasanuddin Mufti Ali menyambut baik penamaan Jembatan Aria Wangsakara. Penamaan itu tanpa menghilangkan nama jembatan yang sebelumnya.

Advertisement
scroll kebawah untuk lihat konten

Mufti menganggap kemasyhuran dan perjuangan Aria Wangsakara yang membuatnya ditetapkan sebagai Pahlawan Nasional sangat cocok dijadikan sebagai nama jembatan yang megah dengan berbagai ornamen yang kental akan etnik kebantenannya.

“Saya setuju dan mengapresiasi penamaan jembatan itu dengan nama Aria Wangsakara,” kata Mufti, Rabu (30/3/2022).

Mufti melanjutkan, Aria Wangsakara alias Wangsaraja adalah tokoh yang berkontribusi besar dalam transformasi Kesultanan Banten dari sebuah kerajaan monarki absolut ke monarki konstitusional.

Bila Raja Banten sebelumnya bergelar Maulana, pasca diutusnya Wangsakara oleh Abdul Mafakhir ke Mekkah, Raja Banten dapat legitimasi gelar politik dan spiritual Sultan.

“Sebagai duta besar, penyalin kitab, pengajar agama Islam yang alim ditambah dengan kompetensi seni kaligrafinya yang berkelas dunia, sehingga ketika Pangeran Surya ditetapkan menjadi Sultan Banten dengan gelar Sultan Ageng Tirtayasa pada tahun 1651 Masehi, Aria Wangsakara diangkat menjadi Imam Besar Kesultanan,” ungkapnya.

Selain itu, heroisme dan sikap patriotnya terlihat saat perang besar melawan VOC pada tahun 1658-1659 Masehi, dimana beliau menjadi panglima perang dan pemimpin doa. Di tengah kondisinya yang sedang sakit, beliau tetap memimpin perang dan diusung menggunakan tandu oleh pasukannya.

“Sepanjang perjalanan dari Keraton Banten menuju garis demarkasi beliau berada di atas tandu. Dan selama berbulan-bulan juga beliau melakukan peperangan melawan pasukan VOC di garis demarkasi itu,” ungkapnya.

Tidak sampai di situ, pilihan masa remaja Pangeran Aria Wangsakara, berbeda dengan sebagian remaja-remaja kerabatnya di Sumedang, seperti Rangga Gempol III dan Singa Perbangsa di Karawang yang condong ke VOC.

“Wangsakara memilih loyal ke Banten yang anti voc,” tutupnya. (Yan/Adpim)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *