Views: 214
PEKALONGAN, JAPOS.CO – Tradisi Sedekah Laut atau Nyadran banyak dilakukan di berbagai daerah di Indonesia salah satunya di Kota Pekalongan yang biasa disebut Tradisi Nyadran.
Tradisi Sadranan Nelayan Kota Pekalongan tahun ini kembali digelar setelah tahun 2020 tak digelar. Namun, karena masih pandemi Covid-19 Sadranan digelar secara sederhana di Dermaga Pelabuhan Kota Pekalongan, Senin (15/11/2021).
Walikota Pekalongan, Afzan Arslan Djunaid ikut melarung sajen dari atas perahu bersama para nelayan yang tergabung dalam Himpunan Nelayan Seluruh Indonesia (HNSI) Kota Pekalongan. “Sadranan ini rutin dilakukan setiap tahunnya sejak zaman dulu. Tahun 2020 memang tidak ada karena pandemi, namun tahun ini kembali diadakan secara sederhana yakni larung sesaji saja tanpa pertunjukan wayang dan sintren,” jelas Walikota Aaf.
Menurut Aaf tradisi ini adalah bentuk penghormatan dan rasa syukur. Selama ini para nelayan mengais rezeki mencari ikan di laut. “Ini bukan untuk syirik, sadranan ini sudah menjadi tradisi yang harus dilestarikan. Begitu pula dengan wayang dan sintren yang juga budaya yang harus dilestarikan,” terang Aaf.
Aaf berharap dengan adanya Tradisi Sadranan ini menjadi tonggak semangat kebangkitan sektor perikanan di Kota Pekalongan, termasuk akan dibangunnya pelabuhan onshore. “Semoga sektor perikan Kota Pekalongan kembali bangkit,” tutur Aaf.
Sementara itu, Ketua HNSI Kota Pekalongan, Imam Menu mengatakan tradisi sadranan yang dilakukan di Kota Pekalongan ini rutin digelar setiap tahunnya sebagai ungkapan rasa syukur para nelayan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas hasil laut yang mereka peroleh.
“Sadranan ini dilaksanakan dengan melarung. Alhamdulillah selama ini kami mendapat tangkapan hasil laut yang melimpah,” kata Imam.
Imam mengutarakan bahwa saat ini masih aman untuk menangkap ikan di laut, meskipun sekarang Kota Pekalongan sering mendung dan kadang hujan tetapi masih mendukung.
“Kalau cuaca tak mendukung memang kami para nelayan harus waspada dan berhati-hati,” pungkas Imam.(sofi)