Scroll untuk baca artikel
BeritaDKIHEADLINEJakarta Pusat

Penyanyi Era 90-an Ajak Masyarakat Tolak Rumah Ibadah Dijadikan Tempat Kampanye

×

Penyanyi Era 90-an Ajak Masyarakat Tolak Rumah Ibadah Dijadikan Tempat Kampanye

Sebarkan artikel ini

Views: 74

JAKARTA, JAPOS.CO – Penyanyi slowrock Indonesia yang terkenal pada dekade ’90-an, Anie Carera berharap momen ramadhan tahun ini tidak dimanfaatkan untuk berpolitik praktis.

Advertisement
scroll kebawah untuk lihat konten

Hal tersebut diutarakan menanggapi mulai munculnya kampanye-kampanye di berbagai wilayah menjelang pesta politik tahun 2024 mendatang.

“Silahkan saja mulai berkampanye, karena itu bagian dari proses untuk dipilih, namun tidak berpolitik praktis atau hingga menggunakan tempat ibadah sebagai tempat untuk berkampanye,” ujar Anie melalui siaran pers, Minggu (26/3/23)

Secara tegas, wanita yang juga sempat menjadi Calon Wakil Walikota Madiun ini mengajak masyarakat menolak keras tempat Ibadah dimanfaatkan untuk berkampanye.

“Kemaren sempat ramai salah satu partai disebut-sebut mau melakukan hal itu, jika benar maka harus ada tindakan tegas dari pihak-pihak terkait, karena arahnya sudah tidak bagus,” ucapnya.

Terakhir, Anie tidak lupa mengucapkan selamat menjalankan ibadah puasa untuk seluruh umat muslim. “Semoga puasa di bulan Ramadhan ini, bisa menyucikan jiwa kita semua dan mencari berkah dari Allah,” tandasnya.

Partai Ummat dan Kampanye di tempat Ibadah

Sebelumnya Ketua Badan Pengawas Pemilu (Bawaslu) RI Rahmat Bagja sempat mengingatkan Partai Ummat agar tidak memakai tempat ibadah sebagai tempat kampanye politik. Hal itu disebutnya akan memicu eskalasi konflik di akar rumput.

Bagja mengingatkan partai baru itu usai Ketua Umum Partai Ummat Ridho Rahmadi menyampaikan bahwa “politik gagasan” seharusnya tidak dilarang di masjid.

“Kami mengingatkan kepada teman-teman, khususnya Partai Ummat, untuk tidak menggunakan tempat ibadah sebagai sarana melakukan kampanye dan juga ajang untuk menyerang satu sama lain,” kata Bagja dikutip Kompas.com, Rabu (15/2/2023).

Bagja mengkhawatirkan potensi konflik yang mungkin terjadi jika tempat ibadah dipakai sebagai sarana politik praktis. Tindakan seperti itu menurutnya dapat memperparah keterbelahan dan konflik sosial.

Namun pernyataan tersebut disangkal oleh Partai Ummat dengan menyebut bahwa Bawaslu mendapat Informasi yang salah.

Juru bicara Partai Ummat Mustofa Nahrawardaya menjelaskan, pernyataan Bawaslu yang meminta Partai Ummat untuk tidak berkampanye di masjid adalah sebuah pernyataan didasarkan pada informasi keliru. Sebab, menurutnya, Ketua Umum Partai Ummat ketika berpidato dalam Rakernas I Partai Ummat tidak pernah menyebut akan berkampanye di masjid.

“Dari mana sumber Bawaslu bahwa kami akan berkampanye di masjid? Bisa jadi sumber informasi Bawaslu yang keliru,” kata Mustofa dalam keterangan tertulisnya, Selasa (21/2/23). (Red)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *