Banjir Pasaman, Peternak Ikan Rugi Hingga Miliaran Rupiah

Pasaman, JAPOS.CO – Banjir yang melanda Pasaman, Minggu (05/04) dini hari, membawa dampak yang buruk bagi masyarakat petani dan peternak di Rao Kabupaten Pasaman. Banjir kali ini mengakibatkan banyak perkebunan dan sawah yang gagal panen, dan juga mengakibatkan kerugian bagi peternak ikan khususnya di Padang Gelugur hingga Rao Selatan.

Menurut Hendra, salah seorang tokoh pemuda Rao Selatan yang merupakan Konsultan Pengembangan Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) Bank Indonesia yang dihubungi Japos.co mengatakan, ketika kejadian banjir  dirinya berada di lokasi membantu warga menyelamatkan ikan yang ada di kolam. Banjir ini merupakan bencana berulang yang belum ada solusi konkrit dari pemerintah sampai saat ini. “Parahnya, terjadi dua tahun silam sampai 4 kali banjir. Tafsiran saya kerugian yang diakibatkan oleh banjir kali ini cukup banyak, untuk peternak ikan saja mencapai miliaran rupiah,” ujarnya.

Dirinya mengasumsikan modal dalam satu kolam ikan saja untuk daerah Rao bisa mencapai Rp 50-Rp 100 juta dan setiap periode panen 1 sampai 5 bulan, sedangkan kolam dari Padang Gelugur hingga Rao Selatan yang meluap terdampak banjir bisa mencapai 100 kolam yang berada di area rawan banjir.

“Banjir yang sering terjadi ini diakibatkan penyempitan dan pendangkalan 4 aliran sungai yaitu Sungai Asik, Batang Sumpur, Sibinail dan Batang Tingkarang. Keempat sungai ini bertemu di sekitaran Jembatan Asik, sehingga di saat hujan dengan intensitas tinggi maka pertemuan empat sungai ini tak mampu menampung debit air dari hulu yang dibawa keempat sungai sehingga luapan air tak terbendung,” ujarnya.

Hendra menyayangkan sikap pemerintah yang dinilai lamban terhadap bencana yang sudah sering terjadi dan berulang secara rutin, padahal solusi untuk mengatasi bencana ini tidak lain adalah dengan normalisasi aliran sungai, pengerukan dasar sungai serta pembuatan gorong-gorong agar bisa menampung debit air yang lebih banyak, sehingga kedepannya peternak ikan dan petani tidak terus dihantui dengan persoalan ini terus.

Terpisah, Hamdan salah satu peternak ikan di Koto Panjang yang setiap tahun kolamnya terdampak banjir mengatakan, mereka sebagai petani tidak mengharapkan Bantuan Langsung Tunai (BLT) seperti seperti mie instan, beras dan makanan ringan lainnya dari pemerintah seperti beberapa kali sudah disalurkan kepada masyarakat. “Namun kami berharap bantuan tersebut berbentuk stimulan serta solusi yang bisa memutus mata rantai bencana,” ungkapnya.

Bahkan menurutnya, sering kali mereka sebagai korban bencana dijadikan objek pencitraan oleh beberapa oknum yang ingin menjadi legislatif atau kepala daerah. “Kami sudah bosan dijanji-janjikan terus oleh mereka (oknum) tersebut,” tuturnya.

Sementara itu, Dovino Indra salah seorang petani di ke Nagarian Lubuk Layang mengatakan, padahal dalam minggu ini mereka akan melakukan panen, tapi semuanya luluh-lantak di hantam banjir.(Dms/If)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *