Dinkes Pasaman Instruksikan Waspada DBD

PASAMAN, JAPOS.CODinas Kesehatan Kabupaten Pasaman, Sumatera Barat, menginstruksikan seluruh Puskesmas yang berada di dalam gugus tugasnya untuk siap siaga mengantisipasi mewabahnya virus Demam Berdarah Dengue (DBD), seiring tingginya curah hujan di wilayah itu.

“Hingga periode Januari 2020, sudah tercatat sebanyak 46 kasus diduga terjangkit virus DBD, sebarannya meliputi Puskesmas Lubuksikaping sebanyak 19 kasus, Puskesmas Sundatar sebanyak 16 kasus, Puskesmas Rao sebanyak 6 kasus, Puskesmas Lansek Kadap sebanyak 3 kasus dan Puskesmas Kuamang serta Puskesmas Bonjol sebanyak masing- masing 1 kasus,” ungkap Kepala Dinas Kesehatan setempat, dr Arnida, melalui Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit, Arma Putera SKM, di Lubuksikaping, Rabu (29/1)

Menyikapi kondisi tersebut, lanjutnya, pihaknya telah menindaklanjuti dengan menerbitkan surat edaran nomor 1653/Dinkes/XII/2019 tentang Kesiapsiagaan Peningkatan kasus DBD, yang antara lain menginstruksikan agar meningkatkan upaya penggerakan masyarakat dalam menerapkan langkah-langkah pencegahan melalui kegiatan sosialisasi dan edukasidalam pemberantasan sarang nyamuk.

Selain itu, lanjutnya, pihaknya juga telah melakukan langkah-langkah peningkatan surveilans faktor risiko melalui pemantauan jentik berkala oleh petugas masing-masing Puskesmas dan pengaktifan juru pemantau jentik (JUMANTIK) dan mengaktifkan kembali kelompok kerja operasional penanggulangan DBD hingga tingkat jorong.

Terpisah,Kepala Seksi Surveilans dan Penanganan Krisis Kesehatan pada Dinas Kesehatan Kabupaten Pasaman, Ns. Silviani Dewi, S.Kep, mengatakan selain melakukan langkah-langkah pencegahan, ia bersama tim kerjanya juga gencar melakukan upaya pengasapan (Fogging) ke sejumlah kawasan-kawasan permukiman warga.

“Untuk diketahui langkah ini hanya akan membunuh nyamuk dewasa pembawa virus DBD, yang paling penting dilakukan adalah dengan rutin melakukan kegiatan menguras, menutup dan memanfaatkan kembali barang bekas plus mencegah gigitan nyamuk dengan mengimplementasikan gerakan satu rumah satu Jumantik (3M Plus),” jelasnya.

Terkait riwayat berjangkitnya virus DBD secara nasional, Dewi menjelaskan pada 2017 terdapat 68.407 kasus DBD dengan 493 kasus kematian, kemudian mengalami peningkatan pada 2018 dengan jumlah kasus yang terjadi sebanyak 65.602 pasien.

“Pada 2019 terjadi lagi peningkatan penanganan kasus melebih jumlah kasus pada periode 2 tahun sebelumnya, yakni 144.449 kasus, dengan kenaikan jumlah Kejadian Luar Biasa di 9 provinsi dan 17 Kabupaten/Kota yang melaporkan,” tuturnya.

Pihaknya mengimbau kepada seluruh lapisan masyarakat, jika terjadi gejala demam tinggi disertai munculnya bintik-bintik merah pada kulit, agar segera membawa pasien ke Rumah Sakit atau Puskesmas terdekat untuk mendapatkan penanganan lebih lanjut.

“Semua pihak harus proaktif karena virus ini sangat berbahaya dan dapat menjangkiti wilayah-wilayah yang tak hanya kumuh, namun bisa juga menyebar di kawasan permukiman yang bersih namun masih terdapat sumber- sumber genangan air,” ucapnya.

Sementara itu, salah seorang masyarakat Lubuksikaping, Ima Suryati (42 tahun) mengatakan, sebagai bentuk partisipasinya memberantas penyebaran nyamuk DBD, ia bersama anggota keluarganya mengaku sudah mulai menerapkan penanganan sampah plastik yang dapat menjadi sumber genangan melalui pembuatan ekobrik.

“Saya rutin mengajak anak-anak untuk selalu mengumpulkan sampah plastik dan memasukkannya ke dalam wadah ekobrik yang berasal dari botol plastik bekas minuman, namun tampaknya pihak terkait di daerah ini belum menindaklanjuti kegiatan ini dan menjadikannya bernilai ekonomis seperti marak dilakukan di daerah lain,” sesalnya.(if)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *