Jakarta, JAPOD.CO – Dalam rangka Peringati Hari Sungai Nasional pegiat lingkungan adakan rembug sungai membangun peradaban manusia di Padepokan Ciliwung, Condet, Jakarta Timur, Senin (29/7).
Rembug tersebut melibatkan berbagai elemen yakni, Komunitas Ciliwung, Jarak Saling, P3I, IPP, Yayasan Param, Komite Advokasi Penyandang Disabilitas Indonesia (KADI), dan KLHK.
Menurut Ahmad Maulana, melalui lingkungan tentunya banyak potensi yang dapat digali terutama kebudayaan yang berada di Jakarta atau Betawi.
Ahmad juga menjelaskan, banyak penafsiran yang beragam terkait tentang budaya hingga berinisiatif membangun padepokan dilokasi bantaran sungai Ciliwung untuk melestarikan alam.
” Banyak budaya Betawi yang bisa hidup lagi. Tertarik dengan lingkungan banyak orang salah tafsir, budaya ini ternyata cukup luas bagaimana kita bisa mencintai alam. Disini kita baru paham akar sebuah permasalahan hidup, kita namakan padepokan,” katanya.
Jika daerah aliran sungai diabaikan diperkirakan mendatang masyarakat akan merasakan kesulitan.
Selain itu, kata Ahmad, sungai Ciliwung juga menjadi sarana transportasi air pada zaman Tarumanegara dan fakta tersebut dikuatkan dengan prasasti kerjaan Hindu dimasa lampau.
“Di sekitar bantaran sungai Ciliwung terdapat makam-makam kuno kerajaan yang mendarat di sekitar aliran sungai Ciliwung, ” jelasnya.
Namun, Ciliwung diabaikan karena aliran sungai suatu saat akan kesulitan.
“Beberapa komunitas peduli lingkungan, hanya Condet-lah yang punya banyak makam siapakah para Datuk itu yang kisah arkeolog itu dari zaman Tarumanegara itu bentuk prasasti dari kerajaan Hindu,” ungkapnya.
Sementara Ir. Suryo Albar ST, MM, IPM memaparkan terkait naturalisasi sungai Ciliwung dan mempersentasikan kepada peserta aktivis lingkungan.
Menurut Suryo, terkait lingkungan tentang menejemen tata kelola sungai dengan cara memulihkan proses alami sungai baik habitat maupun ekosistem sungai. Bahkan, dia merinci bentuk dan alur sungai serta mekanisme perpindahan sedimen termasuk endapan sungai.
” Saya kira kita bisa belajar bersama, saya kebetulan teknik sipil dan lulusan dari UGM,” jelas Institute for Jakarta River Restoration (IJRR).
Ia juga menyampaikan adanya harmoni interaksi antara manusia dan sungai sehingga tercipta maksimalisasi fungsi sungai, pengendalian banjir serta perbaikan kualitas air sungai.
“Sungai juga dapat dijadikan sarana rekreasi, migrasi ikan, paru-paru kota dan sarana edukasi bagi masyarakat, ” pungkasnya.(D2)