Pandeglang, JAPOS.CO – Encud, Staf Balai Taman Nasional Ujungkulon menjadi korban tsunami 22 desdember tahun lalu merasa bingung, pasalnya Hp, Note Book, Komputer, Uang tunai dan ATM dan yang lainnya lenyap tersapu ombak tsunami.
Menurut Encud, dirinya ingin kembali menjalankan aktifitas dan terus mengabdi di instansi milik Kemeterian Lingkungan Hidup dan Kehutanan atau Direktorat Jenderaql Konservasi Sumber Daya Alam dan Ekosistem namun kini terkendala peralatan komunikasi dan elektronik lainnya sebagai peralatan kerja di pulau terpencil yang dikelilingi lautan.
“ Peralatan tugas yang lenyap tersapu ombak itu adalah milik saya pribadi, bukan inventaris dari kantor, jika di hitung dengan nilai rupiah kurang lebih kisaran Rp 15 Juta. Sayangnya kerugian yang saya alami hingga hari ini tidak ada satupun pihak yang memperhatikan apalagi mengganti rugi secara alakadar,” ungkap Encud kepada Japos.co di kediamannya Desa Taman jaya KecSumur Kab Pandeglang (26/3).
Ia berharap adanya perhatian dan kepedulian dari pihak manapun terutama yang berkaitan dengan kinerjanya selama ini.
“ Hanya di kasih 8 duz mie instan, peralatan mandi, dan uang pengobatan Rp 1 Juta, itu saja bentuk bantuan yang saya terima, jika di ukur dengan kerugian materi berikut pengobatan atau terapi soal jiwa disebabkan trauma oleh tsunami sepertinya besar pasak dari pada tiang, sebab saya harus menjalankan terapi ini dengan biaya sendiri,” ujar Encud.
Encud menyampaikan pada saat sebelum kejadian tsunami Selat Sunda dan lampung bahwa dirinya tengah beraktifitas di Pos Citelang bersama Lima rekan lainnya, “ Saya dan Rekan menyelamtkan diri naik ke pohon juhur sementara dari ke lima orang tersebut dua orang berstatus pekerja harian lepas bernama Robani dan Sandi nyawanya tidak bisa terselamatkan, adapun jasad dari ke dua orang tersebut keesokan harinya di temukan di antara reruntuhan bangunan Post Citelang dan satu rekannya lagi terkapar di daratan penuh luka memar bekas hantaman pepohonan dan cengkraman ombak, “ pungkas Encud. ( TIM )